Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Derita Ojek Daring di Tengah Aturan Belajar di Rumah

19 Maret 2020   18:34 Diperbarui: 19 Maret 2020   19:47 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: gambarkartun.pro

Kegiatan belajar di rumah bagi para siswa di DKI Jakarta sudah memasuki hari ke empat. Termasuk si ganteng, anak semata wayang kami.

Ini berarti sudah 4 hari pula kami tidak menggunakan jasa ojek daring (selanjutnya saya sebut Oring). Padahal biasanya minimal satu kali dalam sehari kami menggunakan jasanya untuk menjemput si ganteng dari sekolah. 

Sejak kelas 5 SD, memang saya mulai mengijinkannya dijemput sendiri oleh oring. Sebelumnya juga seperti itu, namun berdua dengan saya menumpang oring. Nah, karena sekarang si ganteng badannya sudah lebih besar dan tinggi, tidak mungkin lagi kami menggunakan 1 motor. Paling tidak harus 2 motor, saya dan anak saya masing-masing, atau memesan taksi daring sekalian. Dan ini tentu biayanya akan lebih besar. Jadi kami putuskan tetap menggunakan jasa oring, tapi saya tidak lagi ikut menjemput. 

Sedangkan saat pagi, si ganteng akan berangkat bersama ayahnya yang juga berangkat ke kantor. 

Sesekali saya masih menjemput. Paling tidak satu kali dalam seminggu. Terutama saat si ganteng ada kegiatan ekstrakurikuler sampai jam 3 sore. Biasanya saya datang sebelum pukul 1 siang membawakan bekal makan siangnya. Jadi sesaat sebelum kegiatan ekstrakurikuler dimulai, si ganteng makan siang dulu.

Dengan jarak 2,8 km dari sekolah ke rumah, untuk satu kali perjalanan, saya mengeluarkan dana rata-rata Rp 10.000,- (saya mengambil rata-rata, karena biaya tidak selalu flat setiap hari). Ini berarti untuk 5 hari dalam 1 minggu, saya mengeluarkan lebih kurang Rp 50.000,-, atau Rp 100.000,- bila dihitung untuk 2 minggu. 

Bila saya ikut menjemput 1 kali dalam seminggu, berarti ada tambahan Rp 20.000,- untuk saya pulang pergi. Jadi untuk satu minggu saya mengeluarkan lebih kurang Rp 70.000,- atau Rp 140.000,- untuk 2 minggu.

Yang artinya, selama 2 pekan si ganteng belajar di rumah, oring kehilangan pemasukan sebesar Rp 140.000,- dari saya. Ini contoh perhitungan kasar saja dari satu anak. 

Sementara saat ini, terutama di sekolah anak saya, penggunaan oring untuk antar jemput anak bukan lagi hal yang aneh. Sudah banyak orang tua yang mempercayakan jasa oring untuk menjemput anak-anaknya. Setiap menjelang bel bubar sekolah, biasanya sudah berjajar motor oring di sepanjang sisi luar pagar sekolah atau di area luar sekitar sekolah. 

Bahkan untuk siswa yang masih kecil mulai dari Kelompok Bermain, TK dan kelas-kelas awal di SD, para orangtua yang menjemput tanpa kendaraaan pribadi, umumnya menggunakan jasa oring sebagai alat transportasinya.

Ini baru dari satu sekolah. Belum dari sekolah-sekolah lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun