Apakah Anda sering bertanya-tanya mengapa anak tetangga terlihat begitu percaya diri sementara anak anda sendiri tampak terlalu sering merenung dan khawatir? Jawabannya bisa jadi terletak pada rumah  tepatnya pada pola asuh yang diterapkan orang tua.
Sebelum memutuskan untuk menjadi orang tua banyak sekali yang perlu disiapkan. Mulai dari mental, materi, dan ilmu parenting. Mempunyai anak tidak hanya sekadar memberi susu dan mainan. Tetapi juga, memberikan kasih sayang, kebahagiaan, kenyamanan, sehingga terciptalah anak yang sehat secara fisik maupun mental.
Istilah parenting VOC pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Istilah ini sudah tersebar di berbagai media sosial dan menimbulkan berbagai komentar. Khusunya para generasi Z sebagai calon orang tua yang menyebutkan bahwa kelak tidak ingin meneruskan parenting VOC karena berdampak buruk pada kesehatan mental anak.
Konsep  ini  terinspirasi  dari  pola  asuh  yang  diterapkan  pada  masa Vereenigde  Oostindische  Compagnie (VOC),  yang  dikenal  dengan  pendekatan  yang  kaku  dan berorientasi pada hasil. Pendekatan seperti ini menekankan disiplin dan kepatuhan, namun sering kali mengabaikan sisi emosional anak.
Sebuah  studi  oleh Crowell et  al.,  (2019) menyatakan  bahwa kesejahteraan anak dipengaruhi oleh keterlibatan emosional orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus bisa memilih pola asuh yang sesuai dengan anaknya dan berdampak baik untuk perilaku anak di masa depan.
Pola asuh orangtua ialah hubungan antara anak dan orangtua selama menjalankan proses pendidikan kepada anak.
Terdapat tiga macam pola asuh yang dapat diterapkan orang tua kepada anak,
1.Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter ditandai oleh orang tua yang sangat keras dan mengontrol penuh semua aspek kehidupan anak, bertindak seolah semua keputusan mereka sudah benar dan mutlak. Gaya ini menciptakan hubungan yang tidak hangat, minim komunikasi, dan menerapkan aturan ketat yang harus dipatuhi tanpa diskusi. Akibatnya, anak sering menerima hukuman keras, jarang dipuji, dan merasa terpisah dari orang tua, yang secara signifikan membatasi pengembangan kemandirian dan tanggung jawab pribadi anak.