Mohon tunggu...
Usaha Desa
Usaha Desa Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Baby Cafe, Produk Desa Solusi Kesehatan Balita

4 Oktober 2016   12:39 Diperbarui: 4 Oktober 2016   16:57 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ketika media massa bertaburan berita mengenai banyaknya sekaligus berbahayanya produk makanan bayi yang diganti tanggal kadaluarsa-nya, warga Desa Pandes, Wedi, Klaten, Jawa Tengah, sudah melesat jauh dari masalah itu. Warga desa ini telah memanfaatkan produk desa mereka menjadi asupan bagi bayi-bayi di bawah usia 1 tahun di desanya sehingga tak pusing lagi dengan ngerinya akibat makanan pabrikan yang kadaluarsa itu.

Program desa itu bernama Baby Cafe. Lebih dari setahun yang lalu Kepala Desa Pandes Heru Purnomo menggerakkan bidan-bidan desa dan para ibu di desanya membangun kesadaran untuk memberi asupan sehat bagi bayi-bayi di desanya dengan menolak makanan pabrikan. Setiap pagi di balai desa Pandes berkumpul seratusan ibu-ibu dengan bayi-bayi di bawah 1 tahun. Mereka datang ke tempat ini untuk mendapatkan produk desa nan mumpuni yakni makanan sehat untuk para Balita. Itulah Baby Kafe. Hasilnya?

Kini para ibu di desa Pandes tak perlu kawatir lagi anak-anak mereka bertubuh pendek atau sakit-sakitan. Para Balita juga mendapatkan perkembangan perilaku yang jauh lebih baik dibanding bayi-bayi yang mengasup makanan pabrikan. Jangan salah, ini bukan program gratisan melainkan berbayar dan para ibu datang ke Kafe atas kesadaran mengenai pentingnya asupan sehat untuk anak-anak mereka, sebuah kesadaran yang patut diacungi jempol.

Sang Kepala Desa Heru Purnomo menyatakan, desanya meluncurkan program ini untuk menyelesaikan persoalan paling utama sejak dini: kesehatan anak. “ Kami ingin generasi muda kami tumbuh dengan sehat dan cerdas. Sehingga tidak perlu ada gangguan kesehatan yang serius lagi. Soalnya, urusan kesehatan masih menjadi masalah krusial bagi warga desa yang jauh dari fasilitas kesehatan memadai, berbiaya mahal dan sebagainya,” ujar Heru. Tanpa basa-basi para petugas kesehatan dan perangkat Desa Pandes bahu-membahu mengkampanyekan pola hidup sehat dan mengkonsumsi produk desa mereka sendiri.  

Baby Kafe bukan sembarang program. Digawangi para ibu yang sudah mendapatkan pelatihan khusus meracik bahan-bahan makanan lokal menjadi makanan bergizi untuk bayi-bayi mungil itu. Proses pengolahannya pun bukan sembarangan.

Bidan desa Mariyana, yang juga aktivis gerakan ini menjelaskan, ada banyak ibu-ibu muda yang merasa sudah memberikan makanan bukan pabrikan dengan membeli di warung misalnya. “ Masalahnya, cara mengolah makanan di warung itu seringkali tidak sesuai dengan standar gizi sehingga sebagian nutrisinya hilang. Misalnya, kami menghaluskan seluruh bahan makanan kami dengan cara di-ulek, bukan diblender,” jelasnya.

Pemilihan bahan makanan yang diolah juga sebisa mungkin memilih yang organik atau semi organik. “ Kalau bisa bahannya kita olah sendiri jadi kita tahu pola rawatnya. Sehingga kita bisa menghindarkan anak-anak kita dari kontaminasi pestisida dan sebagainya,” katanya. Akhirnya, desa ini memunculkan peluang usaha pertanian mandiri yakni untuk memenuhi kebutuhan domestik mereka yaitu Baby Cafe. “ Kami bahkan belum bisa memenuhi sepenuhnya bahan-bahan itu dari sawah kami, ini peluang baru,” katanya.

Seperti halnya kafe orang dewasa, kafe ini juga punya papan pengumuman menu yang berbeda tiap hari. “ Ada aturannya, bayi di bawah 1 tahun harus diasupi cita rasa yang membuat mereka nantinya menjadi terbiasa dengan makanan sehat seperti ini. Ini sangat penting karena bayi akan sulit diberi makanan selain apa yang dicecapnya kali pertama. Kalau sudah terlanjur makanan pabrikan bakal sulit diberi sayur-mayur buatan ibunya sendiri misalnya,” kata Mariyana.

Uniknya, menu-menu itu sama sekali bukan jenis menu yang asing bagi warga desa seperti tempe, tahu, daging ayam, wortel dan aneka sayur berwarna oranye, labu dan lain-lain. “ Kami memang mengolah makanan yang biasa dikonsumsi orang dewasa, agar para ibu tak perlu repot. Tapi gizi bayi terpenuhi dengan sempurna,” tambah Mariyana.

Tak hanya mendapat asupan sehat. Baby Cafe juga memberi penyuluhan rutin pada para ibu mengenai bagaimana mengolah makanan sehat mulai memilih bahan hingga cara masak dan porsi pemberian makan. Juga menggelar praktik memasak secara bergiliran. Pola ini tak hanya membantu para ibu menjadi tahu cara membuat anak-anak mereka menjadi sehat melainkan juga menciptakan efisiensi besar-besaran secara keuangan dalam keluarga mereka karena asupan ini tidak perlu membuat para ibu belanja khusus untuk Balita mereka.

Mariyana mengatakan, para aktivis Baby Cafe sangat ingin kegiatan ini dilakukan para ibu di desa-desa lainnya. Selain membangun generasi muda yang sehat selama 1000 hari emas masa hidup mereka, ini adalah sebuah gerakan yang bisa menciptakan banyak efek ekonomi. “ Pengeluaran keuarga menjadi efisien, warga lokal mendapat peluang menanam tanaman yang dibutuhkan untuk anak-anak mereka. Kami juga ingin program ini mengembang ke desa-desa lainnya. Kami siap memberi membantu,” ujar Mariyana. Maka Pandes, sama sekali tak terusik dengan kasus makanan bayi yang kadaluarsa, beracun dan sebagainya, karena mereka memang sudah jauh meninggalkan pola konsumsi instan seperti itu.(aryadji)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun