Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pisang yang Dibawa Kaesang

11 Juni 2019   09:52 Diperbarui: 11 Juni 2019   09:56 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ke pasar pagi ini menemukan pemandangan yang jarang didapat. Masih banyak pedagang yang belum membuka toko atau warungnya. Kata orang pasar, mereka masih berlebaran atau pulang kampung. Karena di pasar tersebut penjualnya memang banyak warga pendatang, bukan saja beda kota, tetapi juga beda provinsi, tidak aneh kalau warung atau toko yang ada masih terlihat banyak tutup. Untungnya pedagang sayuran dan kebutuhan buat makan sehari-hari sudah ada beberapa yang mulai buka.

Saat melewati satu pedagang sayur langganan, mata saya menangkap setumpuk daun pepaya yang masih segar-segar. Wow.... Jarang-jarang ada daun pepaya sebanyak itu dan masih segar-segar pula. Biasanya kalau daunnya nggak terbatas, ya daun pepaya yang mulai menua. Beli seikat, bisa seperempatnya nggak layak dimakan karena daunnya sudah tua.

Tidak mau membiarkan kesempatan, saya segera meminta penjualnya agar bisa memilah tumpukan daun papaya itu sesuai harga seperti biasanya. Setumpuk daun itu, kata penjualnya memang baru diturunin dari mobil yang mengantarkan. Ia sendiri masih sibuk mengurusi hal lain jadi belum sempat mengikat-ikat menjadi ikatan biasa.

Ketika si mang penjual sayur itu memilah sayur sesuai harga seikatnya, ada yang menarik pandangan mata saya. Untuk mengikat sayur yang sesuai harga tersebut, si mang ternyata menggunakan ikatan dari bambu tipis yang memang digunakan sebagai tali. Kuat, simpel dan tidak perlu sampai harus sedemikian rupa diuntel-untel atau ditarik kuat.

Iya sih... Sebagian besar penjual sayuran di sini menggunakan ikatan buat sayur mereka dengan menggunakan ikatan dari bambu ini. Ada beberapa yang sudah menggunakan tali rafia atau dari gedebok pisang yang ditipiskan juga lalu dijemur.

Entah mengapa saya jadi teringat pada masa dimana beragam kantong plastik (yang sering saya sebut dengan nama kresek) atau jenis plastik non kresek masih termasuk barang langka di pasar. Kebanyakan penjual membungkus barang dagangannya dengan daun atau kertas. Daun pun bisa daun pisang atau daun jati. Tergantung barang yang dibeli dan lokasi pasar sebab di beberapa tempat daun jati susah didapat.

Tapi, yang masih menjadi pertanyaan saya, untuk ikan, daging atau makanan basah, dulu itu dibungkus pakai apa ya? Apakah sudah menggunakan plastik yang terbatas itu? Ada seorang teman bilang, kemungkinan menggunakan memakai daun jati. Hmm.... Saya tidak terlalu yakin.

Kaesang Bawa Pisang

Dari Twitter Joko Widodo @jokowi
Dari Twitter Joko Widodo @jokowi

Selain ingatan saya kembali pada masa plastik belum menjadi musuh karena belum banyak digunakan, saya juga tertarik dengan pemandangan kala Pak Jokowi sekeluarga berbelanja di pasar tradisional di Solo.

Ada satu gambar atau foto yang menunjukkan Kaesang membawa pisang dan Gibran membawa jenis pisang lainnya. Mereka membawa buah-buahan itu dengan menggunakan tatakan atau wadah yang terbuat dari anyaman bambu. Terlihat beda dan ada kesan indah. Wadah ini banyak dijual di pedagang-pedagang pasar tradisional. Bahkan kalau mau terlihat sedikit mewah dengan warna atau kwalitas lebih bagus, juga ada di supermarket atau pasar moderen. Biasanya digunakan buat membuat parsel.

Wadah ini menarik bagi saya sebab tidak biasa digunakan oleh orang yang berbelanja buah atau sayuran. Biasanya, dengan alasan praktis, plastik adalah wadah yang selalu dicari dan pasti disediakan. Saya belum pernah menemukan penjaja buah-buahan menempatkan buah-buahan yang ia jual dengan wadah tersebut. Setidaknya di sekitar tempat saya.

Kalau tidak salah juga, di daerah Bali, para perempuannya menaruh barang-barang sajian untuk beribadah, menggunakan wadah sejenis. Bukan wadah yang seperti itu, namun dengan bahan dari plastik.

Bisa dibayangkan jika wadah tersebut memang menjadi alternatif buat menaruh buah atau sayuran yang dibeli menggantikan plastik, tentu akan mengurangi sampah plastik yang keberadaanya membuat banyak negara harus mulai segera mencari cara supaya jenis sampah tersebut bisa berkurang.

Ternyata, kita sebenarnya sudah lama tahu beberapa cara untuk melengkapi keperluan jual beli, dalam hal ini pembungkus barang yang dibeli, di luar plastik. Atau, apakah sudah ada yang tertarik untuk menjadikan anyaman bambu atau gedebok pisang menjadi alternatif pembungkus makanan terutama makanan kering atau mentah? (anj 19)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun