Menatap Ulang Mimpi Piala Dunia
Mimpi tampil di Piala Dunia bukan sekadar urusan pelatih dan pemain. Ia adalah cita kolektif bangsa. Ketika publik menyalakan harapan pada Timnas, yang sesungguhnya mereka cari adalah kebanggaan nasional, simbol bahwa Indonesia mampu bersaing di panggung global.
Patrick Kluivert mungkin gagal memenuhi harapan itu, tetapi bukan berarti semuanya berakhir. Dari kegagalan ini, semoga muncul kesadaran baru: bahwa sepak bola nasional tidak bisa terus bergantung pada figur, melainkan harus berakar pada sistem.
Dan ketika sistem itu telah tertata, siapa pun pelatihnya—entah dari Belanda, Korea, atau Indonesia sendiri—akan memiliki fondasi kokoh untuk membawa Garuda terbang lebih tinggi.
Kegagalan Kluivert membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia menjadi cermin bahwa perjalanan menuju panggung tertinggi sepak bola dunia masih panjang dan terjal. Namun, setiap langkah mundur bisa menjadi pijakan untuk melompat lebih jauh—asal ada kemauan untuk berubah secara menyeluruh.
Di tengah kekecewaan yang membuncah, satu hal harus tetap dipegang: mencintai Timnas bukan hanya ketika menang, tetapi juga ketika kalah. Karena dari kekalahan, bangsa ini belajar tentang arti kesetiaan, kerja keras, dan harapan yang tak pernah padam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI