Setiap bursa transfer selalu menghadirkan kejutan. Namun, musim panas 2025 seolah menjadi panggung bagi dua narasi besar yang mengguncang Serie A: Napoli mendatangkan Kevin De Bruyne dari Manchester City, sementara AC Milan merekrut Luka Modric dari Real Madrid. Dua keputusan strategis ini menyalakan kembali api rivalitas di liga Italia, sekaligus membuka ruang perdebatan: siapa yang akan lebih menentukan arah kompetisi?
Napoli memilih jalan ambisius dengan menggaet gelandang yang masih dianggap sebagai salah satu kreator serangan terbaik di Eropa. De Bruyne adalah simbol energi, visi, dan presisi. Tetapi Milan, alih-alih terjebak dalam perang glamor transfer, mengambil langkah berbeda. Mereka mendatangkan Modric --- veteran Kroasia berusia 40 tahun --- dengan harapan menambah kedalaman taktik dan kestabilan mental.
Bagi sebagian orang, langkah Milan terdengar nekat. Namun, sejarah sepak bola kerap membuktikan bahwa pengalaman bisa menjadi pembeda di tengah kompetisi panjang.
Statistik Awal yang Membungkam Kritik
Kehadiran Modric segera diuji sejak pekan pertama Serie A 2025--2026. Lima pertandingan awal menjadi laboratorium untuk mengukur sejauh mana dirinya masih relevan di level tertinggi.
Debut kontra Cremonese berakhir dengan kekalahan tipis 1-2, tetapi Modric menorehkan rating 7,6 berkat kontrol tempo dan distribusi bola.
Saat Milan menang 2-0 atas Lecce, ratingnya melonjak ke 8,1, menandakan pengaruh besar dalam transisi serangan.
-
Dalam laga krusial melawan Bologna, ia meraih 8,7 --- menjadi man of the match meski hanya menang tipis 1-0.
-
Kemenangan 3-0 atas Udinese kembali memperlihatkan kestabilannya, dengan rating 7,7.
Deretan performa itu bukan sekadar angka. Mereka membuktikan bahwa Modric masih mampu menjaga konsistensi, bahkan dalam liga yang dikenal keras dan penuh tekanan fisik seperti Serie A.