Kondisi sosial hari ini memang jauh berbeda. Banyak warga bekerja hingga larut malam, sebagian harus berangkat kerja dini hari. Jadwal ronda bisa berbenturan dengan kebutuhan istirahat. Tak sedikit pula yang beranggapan, "Untuk apa ronda, toh sudah ada CCTV dan satpam."
Namun, sejarah mengajarkan bahwa keamanan bukan sekadar soal teknologi atau jasa keamanan profesional. Keamanan adalah hasil kolektivitas. Rasa aman tumbuh ketika ada rasa memiliki antarwarga.Â
Siskamling bukan hanya membuat maling segan, tetapi juga membangun jejaring sosial yang memperkuat daya tahan masyarakat menghadapi berbagai ancaman.
Menemukan Format Baru
Siskamling di era digital tentu tidak harus sama persis seperti dulu. Warga bisa memodifikasi sesuai kebutuhan: ronda dengan durasi lebih singkat, pemanfaatan CCTV bersama, sistem komunikasi darurat lewat grup WhatsApp, hingga patroli bersama di jam-jam rawan. Intinya, bukan sekadar berjaga, tetapi hadir sebagai komunitas yang peduli.
Di banyak tempat, pos ronda kini bahkan bisa difungsikan ganda. Siang hari menjadi ruang belajar anak-anak, malam hari menjadi pusat ronda. Ada juga yang menjadikannya tempat rapat warga, lumbung pangan darurat, atau ruang baca sederhana. Artinya, pos ronda bisa lebih dari sekadar simbol keamanan; ia bisa menjadi simpul sosial.
Saatnya Menghidupkan Kembali
Jika siskamling benar-benar kembali diwajibkan, tantangan terbesar bukanlah membangun pos ronda baru, melainkan membangun kesadaran kolektif. Apakah warga mau meluangkan waktu? Apakah masih ada kerelaan untuk menjaga lingkungan bukan semata demi diri sendiri, tetapi demi tetangga dan kampungnya?
Siskamling adalah refleksi dari jati diri bangsa yang mengutamakan gotong royong. Ia lahir dari keyakinan bahwa rasa aman tidak bisa dibeli, melainkan harus diusahakan bersama. Karena itu, menghidupkan kembali siskamling sejatinya adalah menghidupkan kembali semangat kebersamaan yang kian terkikis oleh gaya hidup individualis.
Pos ronda mungkin sederhana, hanya bangunan kecil di sudut jalan. Tapi dari sanalah tumbuh rasa peduli, kebersamaan, dan solidaritas sosial. Jika semua itu bisa kembali menyala, maka siskamling bukan hanya menjaga lingkungan dari maling, melainkan juga menjaga kita dari keterasingan di tengah masyarakat sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI