Jika half time interview dipaksakan, ada risiko transformasi sepak bola menjadi sekadar tontonan hiburan, bukan lagi kompetisi yang menjunjung tinggi sportivitas dan profesionalisme. Penonton memang haus akan drama, tetapi jangan sampai haus itu mengorbankan kualitas permainan di lapangan.
Menimbang Jalan Tengah
Apakah berarti ide ini sepenuhnya buruk? Tidak juga. Wawancara singkat bisa tetap dilakukan, tetapi sebaiknya tidak menyasar pelatih atau pemain inti saat jeda. Opsi lain adalah menghadirkan komentar dari staf pendukung, analis klub, atau bahkan pemain cadangan. Dengan begitu, kebutuhan bisnis dan hiburan tetap terpenuhi, sementara konsentrasi tim tidak terganggu.
Selain itu, penyelenggara liga bisa memanfaatkan wawancara pasca-pertandingan dengan format yang lebih mendalam. Narasi tetap bisa dibangun, drama tetap bisa dikemas, tanpa harus mengorbankan ruang privat yang krusial bagi pelatih dan pemain.
Half time interview di Premier League adalah ide yang menarik, tetapi juga sarat risiko. Ia bisa menjadi inovasi penyiaran jika dijalankan dengan bijak, atau justru berubah menjadi gangguan yang merusak kualitas kompetisi jika diterapkan tanpa batas.
Pada akhirnya, esensi sepak bola ada di lapangan, bukan di depan kamera. Hiburan memang penting, tetapi jangan sampai menggerus makna sportivitas dan strategi yang menjadi jiwa permainan ini. Premier League perlu berhati-hati agar tidak menjadikan olahraga paling populer di dunia ini hanya sebagai panggung drama televisi belaka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI