Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Lelucon Gus Dur dan Rahasia Bahagia yang Sederhana

24 Agustus 2025   07:30 Diperbarui: 23 Agustus 2025   13:16 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 Republik Indonesia (Foto: www.threads.com/@medianu_pamekasan)

Bagi Gus Dur, humor bukan penghindaran dari masalah, melainkan cara cerdas untuk menghadapinya. Dengan humor, ia bisa menertawakan diri sendiri, meredakan ketegangan, dan sekaligus menyampaikan kritik sosial yang tajam tanpa menimbulkan permusuhan.

Contoh kecil: ketika ditanya soal banyaknya lawan politik yang menyerangnya, Gus Dur dengan enteng menjawab, "Gitu aja kok repot." Sebuah kalimat yang singkat, sederhana, tapi membuat lawan-lawannya tak punya celah untuk memperpanjang konflik.

Kesehatan Mental dan Kebahagiaan

Di tengah masyarakat modern yang penuh tekanan, pesan Gus Dur terasa semakin relevan. Fenomena overthinking, kecemasan kolektif, hingga budaya kerja yang menguras energi mental, sering membuat orang terjebak dalam lingkaran stres.

Lelucon Gus Dur memberi jalan keluar sederhana: belajar mengurangi beban pikiran yang tak perlu. Dengan tidak memikirkan apa yang tidak kita ketahui, kita melatih diri menerima keterbatasan. Dengan tidak terus-menerus memikirkan yang sudah kita tahu, kita belajar hidup dengan rasa cukup.

Prinsip ini, jika diinternalisasi, bisa menjadi modal penting bagi kesehatan mental masyarakat.

Gus Dur, Cermin Bangsa yang Butuh Tawa

Sejarah bangsa ini penuh dengan dinamika: dari perjuangan melawan kolonialisme, pergulatan politik, hingga masalah kemiskinan dan ketidakadilan. Dalam perjalanan panjang itu, masyarakat butuh oase berupa tawa.

Gus Dur hadir bukan hanya sebagai presiden atau tokoh pluralisme, tetapi juga sebagai "guru kehidupan" yang mengajarkan bangsa untuk tetap bisa tertawa di tengah keterpurukan.

Tawa dalam versi Gus Dur adalah bentuk keberanian. Berani untuk tidak terjebak dalam keseriusan yang membebani, dan berani untuk melihat hidup dari sisi yang lebih ringan.

Warisan Tawa yang Menyehatkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun