APBN menyadari hal ini dengan mengarahkan anggaran pada pelatihan literasi digital, inkubasi bisnis, hingga workshop branding yang dilakukan berbagai kementerian. Program seperti UMKM Level Up dari Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Bootcamp Perintis Berdaya yang melibatkan kolaborasi Kemenko PM, Google, dan Meta menjadi contoh nyata.
Melalui program ini, UMKM tidak hanya diajarkan cara berjualan di marketplace, tetapi juga bagaimana merancang strategi konten, memanfaatkan media sosial, membangun identitas merek, hingga menembus pasar ekspor.
Sebuah produk kopi lokal, misalnya, tidak lagi sekadar dijual sebagai komoditas, tetapi juga dipromosikan sebagai hasil karya petani, dengan kisah keberlanjutan lingkungan dan kekhasan cita rasa. Branding membuat kopi itu memiliki identitas, sementara digital marketing menjangkau konsumen global.
Ekosistem Inklusif: Kolaborasi Negara, Swasta, dan Akademisi
APBN juga berperan sebagai katalis kolaborasi. Melalui alokasi dana pelatihan dan kemitraan, pemerintah mendorong keterlibatan swasta, BUMN, hingga akademisi dalam membangun ekosistem UMKM digital.
Ekosistem ini penting karena tantangan UMKM tidak bisa diatasi sendirian. Pemerintah menyalurkan dukungan fiskal, swasta menawarkan teknologi dan akses pasar, sementara akademisi memberikan riset serta pendampingan. Dengan kolaborasi ini, UMKM dapat memperoleh pengetahuan, akses, dan jejaring yang lebih luas.
Selain itu, APBN juga mengarahkan belanja pemerintah melalui e-katalog LKPP untuk menyerap produk UMKM. Belanja negara dengan sendirinya menjadi "etalase branding", karena produk UMKM berkesempatan tampil dan dikenal di tingkat nasional.
Infrastruktur Digital dan Fisik sebagai Penopang
Transformasi digital UMKM tidak mungkin berhasil tanpa dukungan infrastruktur. APBN mengalokasikan dana untuk membangun infrastruktur fisik seperti pasar tradisional, jaringan logistik, dan pusat distribusi, sekaligus mengembangkan infrastruktur digital berupa sistem pembayaran elektronik, jaringan internet, dan platform dagang daring.
Kombinasi ini memberi UMKM fondasi kuat untuk bersaing: infrastruktur fisik memudahkan distribusi barang, sementara infrastruktur digital membuka pintu ke pasar yang lebih luas dengan biaya rendah.
Tantangan Implementasi