Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Quiet Cracking: Retakan Sunyi Kepuasan Kerja yang Menghantui Kantor Modern

19 Agustus 2025   07:30 Diperbarui: 18 Agustus 2025   21:09 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:Quiet cracking mengintai kantor modern: retakan sunyi yang menurunkan motivasi, produktivitas, dan loyalitas karyawa (Foto: freepik.com)

Dunia kerja modern kembali diguncang sebuah istilah baru yang diam-diam tengah menggerogoti produktivitas dan kesehatan mental pekerja: quiet cracking. Fenomena ini muncul setelah perbincangan hangat soal quiet quitting sempat mendominasi wacana ketenagakerjaan global. Jika quiet quitting menggambarkan sikap karyawan yang memilih bekerja sebatas kewajiban tanpa memberi lebih, maka quiet cracking lebih subtil: sebuah keretakan psikologis yang pelan namun terus menerus mengikis kepuasan kerja.

Retakan itu tidak terdengar, tidak terlihat jelas, namun cukup kuat untuk melemahkan fondasi motivasi seorang karyawan. Mereka tetap hadir di kantor, tetap mengerjakan tugas, tetapi tanpa semangat, tanpa gairah, bahkan tanpa merasa punya alasan untuk bertumbuh.

Fenomena Baru di Dunia Kerja

Istilah quiet cracking diperkenalkan oleh TalentLMS, sebuah lembaga riset ketenagakerjaan global, untuk menggambarkan kondisi ketika pekerja kehilangan makna dalam pekerjaannya. Tidak ada drama, tidak ada pengunduran diri mendadak, tidak ada teriakan protes. Yang ada hanyalah retakan sunyi dalam bentuk menurunnya motivasi, keterlibatan, dan kepuasan kerja.

Fenomena ini ibarat kaca yang perlahan retak. Awalnya hanya garis tipis, hampir tak kasatmata. Namun jika dibiarkan, retakan itu akan melebar, menggerogoti hingga akhirnya memecahkan seluruh permukaan. Begitu pula dengan kepuasan kerja---jika tidak diperhatikan, retakan kecil bisa berkembang menjadi keruntuhan besar, baik bagi individu maupun organisasi.

Gejala yang Sulit Disadari

Quiet cracking tidak menampakkan gejala sejelas burnout. Tidak ada kelelahan ekstrem yang membuat seseorang tumbang. Tidak ada sikap frontal seperti mogok kerja. Justru di situlah bahayanya.

Gejala yang paling sering muncul adalah:

  • Menurunnya motivasi: pekerjaan terasa hambar, sekadar rutinitas.

  • Minim inisiatif: karyawan enggan mengusulkan ide atau solusi.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun