Ruang Sejarah dan Identitas Budaya
Letak Pasar Palakka yang strategis di jantung Kabupaten Bone menjadikannya tidak hanya sebagai pusat ekonomi, tetapi juga sebagai simpul sejarah.Â
Nama Palakka sendiri merujuk pada Arung Palakka, sosok bersejarah dalam perjalanan Sulawesi Selatan, yang dikenal sebagai raja Bone sekaligus tokoh kontroversial dalam sejarah perjuangan Bugis-Makassar di masa kolonial.
Pasar ini telah melalui berbagai fase: dari pasar tradisional tanpa atap pada awal kemerdekaan, hingga renovasi besar-besaran yang dilakukan pada dekade 1980-an dan 2000-an.Â
Namun di balik perubahan fisik itu, jiwa pasarnya tetap sama---merakyat, hangat, dan egaliter. Ini yang menjadikannya bukan sekadar ruang komersial, melainkan cermin dari peradaban masyarakat Bugis yang kuat dan adaptif.
Pasar sebagai Cermin Ekonomi Lokal
Pasar Palakka juga mencerminkan dinamika ekonomi mikro masyarakat Bone. Saat harga gabah naik, aktivitas di los sayur meningkat. Ketika musim panen tiba, perputaran uang di pasar melonjak. Bahkan, pasar ini juga menjadi tolok ukur kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi lokal.
Para pedagang kecil di Palakka sebagian besar tidak bergantung pada perbankan, melainkan pada jaringan sosial dan koperasi komunitas.Â
Mereka saling membantu, berbagi lapak, bahkan berbagi modal secara informal. Inilah potret ekonomi kerakyatan yang hidup dan tumbuh dari bawah.
Cerita di Balik Meja Dagangan