Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Makassar Artikel Utama

Pasar Palakka, Denyut Ekonomi dan Kisah Kehidupan dari Jantung Kabupaten Bone

2 Agustus 2025   10:00 Diperbarui: 5 Agustus 2025   17:59 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ruang Sejarah dan Identitas Budaya

Letak Pasar Palakka yang strategis di jantung Kabupaten Bone menjadikannya tidak hanya sebagai pusat ekonomi, tetapi juga sebagai simpul sejarah. 

Nama Palakka sendiri merujuk pada Arung Palakka, sosok bersejarah dalam perjalanan Sulawesi Selatan, yang dikenal sebagai raja Bone sekaligus tokoh kontroversial dalam sejarah perjuangan Bugis-Makassar di masa kolonial.

Pasar ini telah melalui berbagai fase: dari pasar tradisional tanpa atap pada awal kemerdekaan, hingga renovasi besar-besaran yang dilakukan pada dekade 1980-an dan 2000-an. 

Namun di balik perubahan fisik itu, jiwa pasarnya tetap sama---merakyat, hangat, dan egaliter. Ini yang menjadikannya bukan sekadar ruang komersial, melainkan cermin dari peradaban masyarakat Bugis yang kuat dan adaptif.

Pasar sebagai Cermin Ekonomi Lokal

    Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Pasar Sentral Palakka, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, pada Kamis, 4 Juli 2024. (Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr via presidenri.go.id)
    Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Pasar Sentral Palakka, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, pada Kamis, 4 Juli 2024. (Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr via presidenri.go.id)

Pasar Palakka juga mencerminkan dinamika ekonomi mikro masyarakat Bone. Saat harga gabah naik, aktivitas di los sayur meningkat. Ketika musim panen tiba, perputaran uang di pasar melonjak. Bahkan, pasar ini juga menjadi tolok ukur kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi lokal.

Para pedagang kecil di Palakka sebagian besar tidak bergantung pada perbankan, melainkan pada jaringan sosial dan koperasi komunitas. 

Mereka saling membantu, berbagi lapak, bahkan berbagi modal secara informal. Inilah potret ekonomi kerakyatan yang hidup dan tumbuh dari bawah.

Cerita di Balik Meja Dagangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun