Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bahas Kondisi Keuangan Keluarga, Kenapa Masih Jadi Topik Sensitif

2 Juli 2025   16:15 Diperbarui: 2 Juli 2025   16:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Bicara uang dalam keluarga sering jadi percikan konflik. Padahal, keterbukaan finansial kunci keharmonisan rumah tangga. (Foto: freepik.com)

Dalam kehidupan berumah tangga, berbicara soal cinta mungkin mudah. Tapi berbicara soal uang? Banyak pasangan memilih diam, menghindar, atau bahkan berdebat. Padahal, keuangan adalah salah satu fondasi utama dalam membangun keluarga yang stabil. Ironisnya, banyak pasangan suami-istri yang justru menghindari topik ini, seolah membicarakan uang adalah tabu atau pemicu konflik yang lebih besar. Lalu, kenapa membahas kondisi keuangan keluarga masih menjadi hal yang dianggap sulit?

Fakta di Lapangan: Komunikasi Finansial Masih Rendah

Survei nasional tentang literasi keuangan keluarga yang dilakukan oleh OJK dan lembaga riset independen menunjukkan bahwa hanya sekitar 38% pasangan yang secara rutin membicarakan kondisi keuangan rumah tangga mereka. Sebagian besar sisanya lebih memilih untuk mengelola uang secara diam-diam, baik itu terkait pengeluaran bulanan, utang, investasi, hingga tabungan pendidikan anak.

Bahkan, tidak sedikit pasangan yang baru tahu kondisi keuangan rumah tangga yang sebenarnya saat ada kejadian besar---entah itu saat krisis ekonomi, sakit mendadak, atau ketika salah satu pasangan meninggal dunia. Tentu saja, keterkejutan ini bisa berubah menjadi konflik berkepanjangan atau bahkan kehancuran rumah tangga.

Mengapa Masih Dianggap Sensitif?

Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa bahas uang dalam keluarga jadi urusan rumit.

Pertama, budaya. Dalam banyak rumah tangga di Indonesia, pembicaraan soal keuangan cenderung dianggap urusan 'orang tua' atau 'kepala keluarga'. Pasangan yang mencoba terbuka justru kerap dicurigai kurang percaya atau bahkan dituduh mencampuri urusan pribadi.

Kedua, rasa malu. Banyak individu merasa rendah diri jika pendapatannya kecil atau tidak stabil. Membuka kondisi keuangan bisa mengungkap ketidakmampuan, utang, atau gaya hidup yang tidak sesuai kemampuan.

Ketiga, ego. Tidak sedikit pasangan yang ingin mempertahankan kendali atas keuangan. Terutama jika salah satu pihak merasa lebih berkontribusi secara finansial, mereka cenderung merasa lebih berhak menentukan alokasi dan penggunaan uang.

Padahal, Komunikasi adalah Kunci

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun