Di tengah dunia yang semakin kompleks dan menuntut, satu kesadaran penting kembali muncul ke permukaan: membesarkan anak bukanlah tugas satu orangtua, tetapi tanggung jawab kolektif. Konsep lama yang dahulu hidup di kampung-kampung kita kini menggeliat kembali dalam wajah baru: pengasuhan berbasis komunitas atau village parenting.
Bersamaan dengan itu, nilai-nilai kesetaraan gender dalam keluarga juga menemukan ruangnya. Ayah tidak lagi sekadar menjadi penonton di balik meja kerja, dan ibu tak lagi menanggung beban pengasuhan seorang diri. Kita tengah menyaksikan lahirnya babak baru dalam dunia parenting: lebih kolaboratif, lebih adil, dan lebih manusiawi.
Kembali ke Kampung, Kembali ke Akar
Ada pepatah populer: "It takes a village to raise a child." Di masa lalu, kampung-kampung Indonesia hidup dengan filosofi ini. Anak-anak diasuh bersama oleh tetangga, kakek-nenek, bahkan warga sekitar. Jika satu anak menangis di jalan, siapa pun yang mendengarnya akan merasa punya tanggung jawab.
Namun urbanisasi dan modernitas pelan-pelan memudarkan nilai itu. Kota-kota besar menuntut kecepatan dan individualisme. Orangtua bekerja dari pagi hingga malam. Anak-anak diasuh layar gawai dan ruang sunyi.
Kini, kesadaran itu perlahan kembali. Banyak komunitas warga mulai membangun kembali solidaritas pengasuhan---mulai dari daycare komunitas, forum diskusi ayah-ibu muda, taman baca gratis, hingga kelompok WhatsApp RT yang saling memantau perkembangan anak. Kita menyaksikan bahwa rasa aman dan nyaman dalam membesarkan anak tak selalu harus dibeli---ia bisa dibangun bersama.
Ketika Ayah Ikut Menyusui (Secara Emosional)
Isu pengasuhan bukan hanya tentang siapa yang ada di rumah, tapi juga siapa yang hadir secara emosional. Dalam banyak keluarga, beban pengasuhan masih menumpuk pada perempuan. Dalam budaya kita, ibu dianggap sebagai penanggung jawab utama urusan domestik dan anak-anak. Ayah? Cukup hadir sebagai pencari nafkah.
Kini, batas-batas itu mulai digugat.
Ayah muda mulai belajar mengganti popok, memandikan bayi, bahkan memompa ASI untuk disimpan. Dalam banyak unggahan media sosial, kita melihat ayah-ayah mendongeng menjelang tidur, menemani anak sekolah, atau membacakan buku cerita. Perubahan ini bukan tren sesaat, tapi bagian dari transformasi besar: kesadaran bahwa pengasuhan adalah urusan bersama.