Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Bangkitnya Kampung Pengasuhan: Saat Ayah Turun Tangan dan Ibu Tak Lagi Sendiri

27 Mei 2025   08:05 Diperbarui: 26 Mei 2025   16:12 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Ketika pengasuhan kembali ke kampung dan ayah mulai turun tangan, lahirlah budaya baru yang setara dan saling berbagi dalam membesarkan anak. (Foto:Freepik.com)

Di tengah dunia yang semakin kompleks dan menuntut, satu kesadaran penting kembali muncul ke permukaan: membesarkan anak bukanlah tugas satu orangtua, tetapi tanggung jawab kolektif. Konsep lama yang dahulu hidup di kampung-kampung kita kini menggeliat kembali dalam wajah baru: pengasuhan berbasis komunitas atau village parenting.

Bersamaan dengan itu, nilai-nilai kesetaraan gender dalam keluarga juga menemukan ruangnya. Ayah tidak lagi sekadar menjadi penonton di balik meja kerja, dan ibu tak lagi menanggung beban pengasuhan seorang diri. Kita tengah menyaksikan lahirnya babak baru dalam dunia parenting: lebih kolaboratif, lebih adil, dan lebih manusiawi.

Kembali ke Kampung, Kembali ke Akar

Ada pepatah populer: "It takes a village to raise a child." Di masa lalu, kampung-kampung Indonesia hidup dengan filosofi ini. Anak-anak diasuh bersama oleh tetangga, kakek-nenek, bahkan warga sekitar. Jika satu anak menangis di jalan, siapa pun yang mendengarnya akan merasa punya tanggung jawab.

Namun urbanisasi dan modernitas pelan-pelan memudarkan nilai itu. Kota-kota besar menuntut kecepatan dan individualisme. Orangtua bekerja dari pagi hingga malam. Anak-anak diasuh layar gawai dan ruang sunyi.

Kini, kesadaran itu perlahan kembali. Banyak komunitas warga mulai membangun kembali solidaritas pengasuhan---mulai dari daycare komunitas, forum diskusi ayah-ibu muda, taman baca gratis, hingga kelompok WhatsApp RT yang saling memantau perkembangan anak. Kita menyaksikan bahwa rasa aman dan nyaman dalam membesarkan anak tak selalu harus dibeli---ia bisa dibangun bersama.

Ketika Ayah Ikut Menyusui (Secara Emosional)

Isu pengasuhan bukan hanya tentang siapa yang ada di rumah, tapi juga siapa yang hadir secara emosional. Dalam banyak keluarga, beban pengasuhan masih menumpuk pada perempuan. Dalam budaya kita, ibu dianggap sebagai penanggung jawab utama urusan domestik dan anak-anak. Ayah? Cukup hadir sebagai pencari nafkah.

Kini, batas-batas itu mulai digugat.

Ayah muda mulai belajar mengganti popok, memandikan bayi, bahkan memompa ASI untuk disimpan. Dalam banyak unggahan media sosial, kita melihat ayah-ayah mendongeng menjelang tidur, menemani anak sekolah, atau membacakan buku cerita. Perubahan ini bukan tren sesaat, tapi bagian dari transformasi besar: kesadaran bahwa pengasuhan adalah urusan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun