Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Financial

Anggaran Negara untuk Anak Negeri: Investasi dari Rahim hingga Sekolah

14 Mei 2025   09:00 Diperbarui: 14 Mei 2025   08:35 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: APBN jadi tumpuan membentuk generasi sehat dan cerdas sejak dalam kandungan hingga usia sekolah (foto by freepik.com)

Di balik layar APBN yang sering kita anggap rumit dan penuh angka, sesungguhnya tersimpan harapan besar untuk masa depan bangsa. Bukan hanya tentang membangun jalan tol atau membayar gaji pegawai negeri, tapi juga tentang memastikan bahwa seorang bayi yang tumbuh dalam kandungan ibu di pelosok negeri punya peluang yang sama untuk tumbuh sehat, cerdas, dan produktif---seperti anak-anak lainnya di kota besar.

Inilah yang sedang diupayakan pemerintah lewat kebijakan anggaran: membentuk sumber daya manusia (SDM) unggul dan produktif sejak dari titik awal kehidupan.

Mengapa Dimulai dari Kandungan?

Sering kali kita berpikir bahwa membangun SDM dimulai saat anak masuk sekolah. Padahal, para ahli kesehatan dan pendidikan sepakat: fondasi paling penting justru dibangun sejak masa kehamilan. Jika gizi ibu tidak terpenuhi, risiko anak mengalami stunting meningkat. Dan stunting bukan sekadar soal tinggi badan yang tak sesuai usia. Ia bisa memengaruhi perkembangan otak, kemampuan belajar, bahkan pendapatan saat dewasa.

Melalui APBN, negara hadir dalam bentuk nyata: pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita, program posyandu, imunisasi, hingga penyediaan air bersih dan sanitasi. Program-program ini bukan hanya angka di atas kertas. Mereka hadir di kehidupan sehari-hari jutaan keluarga Indonesia, menjadi penyelamat generasi masa depan.

Sekolah dan Gizi: Dua Sayap Masa Depan

Setelah fase 1.000 hari pertama kehidupan, tantangan selanjutnya adalah memastikan anak-anak tumbuh di lingkungan yang mendukung belajar dan tumbuh kembang. Di sinilah anggaran pendidikan berperan penting. Lewat Program Indonesia Pintar (PIP), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), serta pembangunan sekolah dan pelatihan guru, pemerintah berupaya memastikan bahwa setiap anak, tak peduli lahir di mana, punya akses terhadap pendidikan yang layak.

Namun pendidikan saja tak cukup. Anak yang lapar tidak bisa belajar dengan baik. Karena itu, banyak sekolah kini mulai didukung dengan program pemberian makanan sehat, terutama di daerah rawan stunting. Ini bentuk pendekatan holistik: belajar dengan perut kenyang dan tubuh sehat.

Bukan Sekadar Belanja, Tapi Investasi

Menteri Keuangan kerap menyebut bahwa belanja negara harus berkualitas. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkan harus memberikan dampak nyata. Ketika negara membelanjakan dana untuk gizi balita atau membangun sekolah di desa terpencil, itu bukan pengeluaran, melainkan investasi. Hasilnya tidak langsung terlihat tahun ini atau tahun depan, tapi 10-20 tahun ke depan, ketika anak-anak itu tumbuh menjadi tenaga kerja yang sehat, cerdas, dan siap bersaing di dunia kerja global.

Kita sedang bersiap menghadapi bonus demografi---masa ketika mayoritas penduduk berada pada usia produktif. Tapi bonus ini hanya benar-benar menjadi berkah jika kualitas manusianya memadai. Kalau tidak, justru bisa berubah menjadi beban sosial. Itulah sebabnya, keberpihakan APBN pada gizi dan pendidikan bukan pilihan, tapi keharusan.

Semua Bisa Terlibat

Tentu, tugas membangun SDM tidak bisa diserahkan pada negara saja. Masyarakat, orang tua, guru, kader posyandu, dan bahkan kita yang membaca tulisan ini pun bisa ikut ambil bagian. Entah dengan mengedukasi lingkungan sekitar soal pentingnya gizi anak, mendukung sekolah-sekolah lokal, atau sekadar tidak abai terhadap isu stunting dan pendidikan di berita harian.

Apa yang ditanam hari ini akan dituai esok. Ketika APBN digunakan untuk membiayai makanan tambahan di posyandu, membangun ruang kelas baru, atau melatih guru menjadi lebih profesional, sesungguhnya negara sedang menyiapkan masa depan. Karena masa depan itu tidak dibangun di gedung-gedung tinggi, tapi dimulai dari rahim, dari sendok makan balita, dari suara guru di ruang kelas kecil.

Dan pada akhirnya, APBN bukan cuma soal pembangunan fisik. Di balik angka dan tabel, ada wajah anak-anak Indonesia yang tumbuh sehat dan cerdas berkat investasi negara sejak mereka dalam kandungan hingga duduk di bangku sekolah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun