Momen Hardiknas: Refleksi dan Pengingat
Tanggal 2 Mei, yang kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional, bukan sekadar seremoni tahunan. Hardiknas adalah momen refleksi bersama: sudahkah kita bergerak ke arah pendidikan yang lebih adil, inklusif, dan berkualitas? Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama---pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat.
Hardiknas tahun ini menjadi relevan karena momentum ini selaras dengan arah alokasi APBN: memastikan tidak ada anak yang tertinggal karena faktor ekonomi, tidak ada sekolah yang terpinggirkan karena geografis, dan tidak ada guru yang bekerja tanpa dukungan memadai. Setiap kebijakan dan anggaran adalah wujud konkret dari semangat Hardiknas, yaitu memajukan pendidikan sebagai jalan utama menuju bangsa yang berdaya saing.
APBN sebagai Instrumen Keadilan dan Investasi Masa Depan
Masyarakat sering kali memandang APBN sebatas anggaran negara, tanpa menyadari betapa dekat dampaknya dengan kehidupan sehari-hari. Lewat pemahaman ini, penting bagi kita semua untuk melihat APBN sebagai instrumen keadilan sosial dan investasi jangka panjang bagi bangsa. Setiap rupiah yang dialokasikan untuk pendidikan, kesehatan, atau infrastruktur adalah upaya membangun negeri ini agar lebih inklusif dan maju.
APBN yang dikelola secara transparan dan tepat sasaran akan membawa dampak berantai: anak-anak yang sehat, sekolah yang memadai, mutu pendidikan yang meningkat, hingga lahirnya generasi muda yang kompetitif. Pada akhirnya, SDM yang unggul inilah yang akan membawa Indonesia melesat di panggung global, bukan sekadar menjadi penonton.
Menutup Kesenjangan, Membuka Harapan
Upaya pemerintah dalam memprioritaskan anggaran untuk pendidikan melalui peningkatan gizi, renovasi sekolah, dan pengembangan sekolah unggulan patut diapresiasi. Namun, pekerjaan rumah tentu belum selesai. Diperlukan partisipasi semua pihak---masyarakat, swasta, hingga dunia usaha---agar program-program ini berjalan maksimal.
Kita perlu terus mengawal transparansi penggunaan APBN agar setiap rupiah benar-benar sampai kepada yang berhak. Literasi APBN kepada masyarakat juga perlu diperluas agar publik memahami bahwa anggaran negara adalah milik bersama, untuk kepentingan bersama.
Dengan kerja bersama, kita bisa memastikan bahwa anak-anak Indonesia tidak hanya bermimpi, tetapi juga memiliki jalan nyata untuk menggapainya. Karena di tangan merekalah masa depan bangsa ini akan ditentukan. Dan pada momentum Hardiknas ini, mari kita jadikan pendidikan sebagai prioritas, bukan hanya slogan.