Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melihat Binar Mata Bahagia di Rumah Betang Dayak

28 Januari 2016   06:53 Diperbarui: 1 Februari 2016   12:00 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Anak-anak menyimak cerita dengan serius. (Foto:Benny)"][/caption]Hari kedua menjalani Datsun Risers Expedition (DRE) saya memulainya dengan penuh semangat. Hari ini rombongan DRE etape tiga akan menuju sebuah rumah panjang milik suku Dayak di Kalimantan Barat. Di rumah yang biasa disebut rumah betang itulah kami akan bertemu anak-anak usia sekolah dasar untuk berbagi.

Sebelum keberangkatan, saya sudah meminta beberapa teman untuk mendukung kegiatan saya di perjalanan ini dengan menyumbangkan buku. Ternyata, selain dari kantor tempat saya bekerja, dukungan juga datang dari teman-teman penerbit seperti Eva Nukman dari Litara dan Grace dari LAI Bali. Sejumlah buku cerita anak pun saya bawa di dalam dua dus.

Pukul delapan pagi lepas sarapan dan senam ala-ala, rombongan berangkat menuju destinasi berikutnya ke Desa Saham. Kali ini saya ingin merasakan Datsun Go dari sisi penumpang. Baik di sisi supir maupun belakang. Pengemudi diserahkan kepada Dudy Iskandar.

[caption caption="Menikmati perjalanan panjang di bawah langit biru. (Foto: Benny)"]

[/caption]Jalur yang dialui cukup panjang dan kebanyakan lurus panjang. Meskipun demikian tidak embosankan karena saya terus melihat pemandangan yang indah. Apalagi ditunjang langit yang biru. Lantaran kenyaman saat berada di kursi penumpang, saya pun bisa mengambil foto-foto disela-sela menavigasi.

Rumah Betang

[caption caption="Rumah Betang yang layak dilestarikan. (Foto: Benny)"]

[/caption] Setelah istirahat sejenak di Bukit Seha, akhirnya kami sampai juga di Desa Saham. Takjub melihat rumah panjang yang diisi 40 keluarga itu, padahal terbuat dari kayu semata. Betapa senangnya saya ketika melihat anak-anak sudah menunggu kami dengan cemas.

Acara corporate social responsibility (CSR) ini pun segera digelar dengan pembukaan dan sambutan. Barulah kemudian disuguhkan atraksi sulap dari panitia. Setelah itu 50-an murid SD kelas lima dan enam dibagi menjadi lima kelompok.  Saya bersama tim akhirnya mendapat tujuh murid untuk kami ajak beraktivitas.

Tim kami mengisi pertama dengan mendongeng. Saya yang kebagian. Agar mudah ditangkap, saya mengajak anak-anak itu untuk ikut berperan. Ceritanya tentang anak bernama Rafael yang dititipi neneknya sekantung duku untuk diberikan kepada ibunya. Di tengah jalan dia dimintau duku oleh Superman, Ninja, seorang Ibu, dan teman sebayanya. Di sini saya juga memberikan kegunaan sarung kepada mereka.

[caption caption="Buku yang merekatkan ibu dan anak. (foto: Benny)"]

[/caption]Usai mendongeng saya pun mulai membagikan titipan buku. Baik untuk anak-anak dalam kelompok saya. kepada anak-anak di rumah Betang dan orangtua di rumah betang agar mau membacakan buku cerita kepada anak-anaknya. Saya melihat bola  mata mereka berbinar ketika berebut mengambil buku lalu kemudian membuka lembar demi lembar buku itu.

Setelah membagikan buku kami membuat acara read aloud alias membacakan buku sambil mendongeng. Anak-anak itu sangat antusias mendenga cerita seorang anak buta. Sungguh kebahagiaan anak-anak itu membahagiakan hati saya pula.

Apalagi ketika seorang anak bernama Paulus mengucapkan," Terima kasih, Kak, sudah memberi buku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun