Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Telaga Warna, Antara Keindahan Alam dan Mitos

30 Juni 2015   09:55 Diperbarui: 30 Juni 2015   10:10 1902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

                   Keindahan Telaga Warna, Jawa Barat. (Foto: Raiyani Muharramah)

 

 

Jika mengetik kata Telaga Warna  di mesin pencari data di Internet, maka banyak rujukan yang akan ditemui. Salah satunya dan berada di Jawa Barat adalah Telaga Warna Puncak Bogor. Objek wisata ini berada di dekat perkebunan Teh PTP VII Gunung Mas.

Tidak sulit untuk mencapai Telaga warna yang menawarkan keindahan alam nan asri. Dari arah Bandung cukup melaju ke arah puncak, baik dengan kendaraan pribadi maupun umum. Begitu sampai Jalan Raya Puncak sekitar sebuah rumah makan ternama, perlambat kendaraan agar tak terlewati. Maklum, papan penunjuk arah menuju lokasi tak terlalu besar.

Dari sisi jalan cukup berjalan kaki sekitar 10 menit untuk mencapai tujuan. Harga tiket Rp2.500 per orang, tapi Rp15.000 bila warga negara asing.  Setelah itu pengunjung akan menemukan pemandangan indah dilatar belakangi persawahan dan perkampungan penduduk dengan gunung yang menjulang tinggi.

 

                   Papan penunjuk di Telaga Warna, (Foto: Raiyani Muharramah)

 

Kawasan Taman Wisata Alam  (TWA) Telaga Warna ini menawarkan panorama alam yang masih asri. Berada di ketinggian 1.400 meter dari atas permukaan laut (dpl), Telaga Warna merupakan sebuah telaga/danau yang diapit sebuah bukit yang membatasi wilayah Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Cianjur.

Warna air telaga bisa berubah-ubah setiap saat. Terkadang hijau menyatu dengan warna pepohonan yang mengelilinginya. Di saat lain warna air bisa menjadi cokelat, kuning gelap, sampai kuning terang. Itu sebabnya telaga ini dinamakan Telaga Warna.

Secara ilmiah, perubahan warna itu dapat disebabkan oleh ganggang  di telaga. Tumbuhan jenis algae ini bisa berubah-ubah warnanya sehingga air danau pun ikut terlihat berubah warna. Pendapat lain menyebutkan perubahan warna air ini akibat pantulan sinar matahari yang menerpa tumbuh-tumbuhan di sekeliling telaga.

Keistimewaan lainnya, di tempat ini wisatawan bisa menjumpai beberapa jenis flora asli hutan tropika pegunungan, seperti Paku Tiang, Rame, dan Rotan.

Wisatawan juga bisa menemui beberapa jenis fauna liar, seperti hewan mamalia, primata, aves, dan reptilia. Adapun mamalia yang masih ada ialah macan tutul dan babi hutan. Kemudian jenis primata yang dilindungi di objek wisata Telaga Warna ialah kera abu-abu, surili , dan lutung.

Telaga Warna juga sangat cocok untuk rekreasi keluarga. Ada wahana yang pasti akan disukai anak-anak yakni flying fox. Berbeda dengan flying fox di tempat lain, wahana ini cukup ekstrim  karena melintasi telaga.

Pengunjung yang datang bersama keluarga juga bisa mengarungi telaga menggunakan perahu atau rakit. Bahkan ada juga sepeda air yang sangat aman dan menyenangkan untuk dipakai sambil menikmati keindahan telaga.

Bagi penggemar fotografi, Telaga warna cocok dijadikan obyek karena setiap sudut begitu indah. Kerap pula ditemuka pasangan calon pengantin melakukan sesi pemotretan pre wedding di sini. Bisa juga sebagai arena untuk yang sedang belajar fotografi alam.

 

Mitos

          


                                    

Sarana outdoor di Telaga Warna, Jawa Barat. (Foto: Raiyani Muharramah)

 

Ada mitos yang terkenal ihwal asal-usul Telaga Warna. Pada masa lalu di kaki Gunung Lemo, Mega Mendung  terdapat sebuah kerajaan bernama Kutatanggeuhan atau Kerajaan Kemuning yang dipimpin oleh Prabu Swarnalaya. Sang putri kerajaan bernama Gilang Rukmini memiliki keinginan untuk menghias setiap helai rambutnya dengan emas permata.

Sayang sekali, sang Prabu Swarnalaya tidak berhasil memenuhi keinginan putrinya. Alhasil, sang putri marah! Gilang Rukmini kemudian melemparkan semua permata pemberian ayahnya. Bumi kemudian berguncang dan menyembur air dari tanah. Makin lama makin besar dan menenggelamkan Kerajaan Kutatanggeuhan beserta isinya.

Di tanah kerajaan itu kemudian terbentuk sebuah danau. Dan dari dasar danau memancar cahaya berwarna-warni, berasal dari permata yang bertebaran tadi.

Mitos lainnya juga menyebutkan bahwa Telaga Warna dihuni dua ekor ikan purba bernama  Si Layung  dan Si Tihul. Konon, bagi siapapun yang berhasil melihat keduanya, maka permohonannya akan terkabul.

Mitos menggelikan lainnya adalah siapapun yang mandi di Telaga Warna akan enteng jodoh, banyak rejeki, dan awet muda, asalkan setelah mandi, pakaian dalam ditinggalkan. Maka, kerap kali di Telaga Warna, pengunjung menemukan pakaian dalam  bergelantungan di ranting pepohonan. Rupanya,  mitos ini dipercayai banyak orang, termasuk oleh orang-orang dari luar Bogor. Tidak aneh bila pengunjung yang datang bukan untuk menikmati keindahan alam, melainkan untuk menjalani ritual mandi di telaga.

Total luas kawasan TWA Telaga Warna mencapai 6,5 hektar, terdiri dari 5 hektar hutan konservasi dan 1,5 hektar luas danau. Lokasi wisata ini di bawah naungan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bandung.

Sebelum ditetapkan sebagai TWA, pada 1927 oleh pemerintah kawasan ini terlebih dahulu ditetapkan sebagai kawasan hutan Cagar Alam Gunung Mega Mendung dan Ciawi. Kemudian, pada 1954, ditetapkan lagi menjadi Cagar Alam Telaga Warna. Penetapan lokasi ini sebagai TWA bermula ketika pada 1981 kawasan Cagar Alam Telaga Warna statusnya diubah menjadi kawasan wisata alam (KWA) dan kemudian menjadi TWA.

Selain wisatawan domestik, hingga kini Telaga Warna menjadi tempat favorit wisatawan asal Timur Tengah.

 

Foto-foto: Raiyani Muharramah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun