Mohon tunggu...
Beni Sutanto
Beni Sutanto Mohon Tunggu... Tertarik pada sejarah,sastra,seni dan budaya. Belajar mengalami dan belajar menulis

Tidak banyak cerita tentang saya, kalau hidup hanya sekali sudah itu mati maka saya memilih hidup tidak hanya sebagai satu orang.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Keturunan Jawa Dari Manca Negara Mengunjungi Keraton Solo

12 Juni 2025   00:29 Diperbarui: 12 Juni 2025   00:29 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GKR Ayu dan BRAy Arum memberikan pengathuan meracik jamu untuk Global Javanese Diaspora

Puluhan orang Keturunan Jawa yang tersebar di Suriname, Belanda dan Singapura menapaki agungnya Keraton Solo pada hari Selasa 10 Juni 2025. Acara ini merupakan rangkaian dari Kongres Diaspora Jawa Internasional/Global Javanese Diaspora ke-6 yang diselenggarakan di Solo dan Jogja dari tanggal 10-14 Juni 2025.

Global Javanese Diaspora wandelen in het Solo Paleis 
Global Javanese Diaspora wandelen in het Solo Paleis 

Dengan langkah malu-malu satu demi satu diaspora Jawa dunia ini memasuki kawasan Keraton melalui Kori Kamandungan, puluhan warga dan pengunjung yang berada di sekitar kawasan Keraton awalnya mengira mereka hanya wisatawan lokal biasa karena para Diaspora ini menggunakan bahasa Jawa, begitu mendengar rombongan ini adalah keturunan Jawa dari luar negeri sontak khalayak ramai mengajak berfoto dan mengobrol bertukar pengalaman "Kabeh Konco Kabeh Sedulur" (semua teman semua saudara) begitulah kata-kata yang terucap anatara Diaspora Jawa Internasional dengan penduduk Jawa lokal.

Rombongan kemudian beranjak menuju dalam Keraton untuk menuju Sasana Handrawina Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, decak kagum melihat bangunan kerajaan terpancar dari wajah "iki to omahe Raja, aku seneng banget wong Jawa ijek nduwe Raja" (ini rumah Raja, saya sangat senang orang Jawa masih mempunyai Raja) ungkap Kamsyah Kadar salah seorang keturunan Jawa dari Belanda.

GKR Wandasari (tengah) bersama GKR Ayu ditemani Ine WawoRuntu dan beberapa keturunan Jawa Suriname-Belanda
GKR Wandasari (tengah) bersama GKR Ayu ditemani Ine WawoRuntu dan beberapa keturunan Jawa Suriname-Belanda

Disambut GKR Wandansari (Gusti Moeng) dan GKR Ayu dan jajaran kerabat ndalem Keraton Kasunanan, Diaspora Jawa Internasional yang dipimpin oleh Jakiem Asmowidjojo co-founder Global Javanese Diaspora dan Ine WawoRuntu selaku ketua panitia Kongres Diaspora Jawa Internasional ke-enam, merasa sangat terhormat bisa bertemu langsung dengan keluarga kerajaan yang mana mereka tidak begitu mengenal eksistensi kerajaan di tanah Jawa , Dalam pembukaan Gusti Moeng menyampaikan "Keraton Kasunanan sebagai pewaris Kerajaan Mataram Islam adalah pusat dari kebudayaan dan kehidupan masyarakat Jawa, sudah sepantasnya kita semua sebagai bangsa Jawa di manapun berada harus merasa bangga karena sampai hari ini Keraton Kasunanan masih tetap berdiri kokoh dan menjaga nilai luhur budaya Jawa". lebih lanjut Gusti Moeng juga mengungkapkan rasa gembira Keraton Kasunanan bisa menerima kedatangan bangsa Jawa dari manca negara yang dipisahkan sejarah dan jarak.

Acara dilanjutkan dengan workshop tentang wilujengan atau kenduren atau slametan yang dipandu oleh KP. Budayaningrat, hal ini menjadi penting karena kehidupan bangsa Jawa dimanapun berada tak lepas dari slametan, mengingat juga di Suriname maupun Belanda komunitas Jawa masih melakukan tradisi slametan namun dengan cara dan ubo rampe(perlengkapan) yang berbeda dengan tradisi atau pakem dari Keraton. 

GKR Ayu dan BRAy Arum memberikan pengathuan meracik jamu untuk Global Javanese Diaspora
GKR Ayu dan BRAy Arum memberikan pengathuan meracik jamu untuk Global Javanese Diaspora

Rombongan Diaspora Jawa kemudian dipandu oleh GKR Ayu dan BRAy Arum, diajak untuk melihat sekaligus terlibat langsung dalam praktek pembuatan jamu yang diramu oleh tangan-tangan terampil dari abdi dalem Keraton Kasunanan, GKR Ayu dan BRAy Arum menerangkan satu demi satu nama-nama bahan yang digunakan, cara untuk meracik serta khasiat-khasiatnya. Didominasi oleh para perempuan rombongan Diaspora begitu penasaran dan antusias karena mereka jarang sekali membuat jamu di negara asal mereka, selain karena keterbatasan bahan mereka juga terkendala ilmu yang diturunkan dari leluhur mereka kurang begitu gamblang.

Jakiem Asmowidjojo co-founder Global Javanese Diaspora
Jakiem Asmowidjojo co-founder Global Javanese Diaspora

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun