Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sampai Jarak dan Biaya Mematahkan Cita-cita

5 Juni 2020   11:04 Diperbarui: 5 Juni 2020   11:19 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari shutterstock


Para pelaku bisnis properti dulu selalu mempromosikan dagangannya dengan menyebutkan bahwa lokasi perumahan dekat dengan fasilitas umum yang nota bene adalah tempat hiburan baik lokasi mall atau wisata juga kantor pemerintahan. Tapi saat ini bagi pembeli melihat lokasi perumahan akan berpikir lagi apakah dekat dengan sekolah negeri? Bila jauh maka harus menpersiapkan biaya besar untuk sekolah swasta yang tidak murah. Bayangkan bila tidak hanya satu anak,  tapi dua atau tiga anak yang bersamaan mencari sekolah jenjang berikutnya.

Bagaimana dengan yang sudah terlanjur jauh dari lokasi sekolah negeri? Jawabannya cukup mengelus dada dan berdoa agar ada kemudahan membayar biaya sekolah swasta.

Tempo hari sempat saya katakan pada anak saya,  agar tidak terlalu ngoyo belajar, toh nanti bukan nilai yang dilihat, tetapi jarak dari rumah ke sekolah. Tapi bawaan anaknya biar leha-leha nilai lumayan lah,  senang juga melihatnya tapi jadi kandas cita-cita manakalah semakin ke sini namanya tergeser.

Banyak di sekitar kami sekolah swasta yang bagus-bagus dengan biaya yang bagus juga hingga kami hanya gigit jari. Saya juga menghimbau pada para pemilik sekolah swasta untuk lebih memperhatikan tentang pendidikan bagi anak usia wajib belajar di sekitar lokasi sekolah. Jangan samakan dengan jual beli barang, melihat situasi saat ini lantas apa masih mematok biaya sangat tinggi? 3 juta,  5 juta,  7 juta,  10 juta. Waduh itu anak diajari apa saja sampai biaya jutaan? 

Ada yang berkata anak adalah investasi, mau untung gede modal juga harus gede. Secara logika orang membaca ini akan berasumsi pada finansial bukan?  Nah modal gede saya hanya semangat menyekolahkan dan juga menyolek sekolah non negeri.

Mau tak mau harus legowo tingkat dewa, bila tidak bisa masuk ke sekolah negeri karena jarak bukan karena nilai, nilainya bagus kog. Dari peristiwa seperti ini, saya berharap semoga semua sekolah swasta bisa memberi fasilitas yang memudahkan siswanya,  baik dari segi mutu juga biaya. Selama ini standar mutu pendidikan masih digenggam oleh sekolah negeri juga swasta yang biayanya mahal.

Seharusnya nilai Pancasila itu dipegang teguh agar bisa melakukan hal yang manfaat untuk sekitar. Ada hubungannya ya? Jelas ada, dan semua ajaran kebaikan pasti diberikan bukan? Kemanusiaan yang adil dan beradab,  sila berapa? Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,  sila berapa? Apakah sudah benar-benar dipraktekkan?

Saya pernah membaca di sebuah media sosial tentang utamanya hidup adalah harta atau usia yang manfaat bagi orang lain, bukan hanya kuantitasnya yang ditumpuk sendiri. Semoga sekolah swasta yang masih membandrol harga tinggi bisa beradabtasi dengan kemampuan masyarakat. Karena sekolah negeri sudah menjadi milik masyarakat dengan jarak terdekat.

Mas Nadiem,  maaf nama mas Nadiem saya sebut di tulisan saya ini, saya butuh bantuan anda,  saya tidak memprotes tentang sistem zonasi yang sudah berjalan, itu sudah rezeki mereka yang rumahnya dekat, saya hanya mengharap sekiranya Mas Nadiem bisa memberikan ajakan yang merakyat pada sekolah-sekolah swasta agar bisa memberi layanan dengan biaya lunak. 

Negara kita masih banyak yang berpendapatan pas-pasan Mas,  apa lagi saat ini ekonomi carut marut karena Covid-19,  banyak yang terancam PHK maupun yang sudah diPHK. Sekolah swasta juga harus mempunyai kepedulian tinggi pada pendidikan rakyat,  jangan hanya tertulis pada visi misi sekolahannya saja. Seolah sekolah swasta hanya milik orang berada atau untuk yang kemampuan akademik kurang bila di pinggiran.

Kita hanya harus sedikit membuka mata hati  melihat semangat mereka yang masih ingin (wajib) menimba ilmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun