Mohon tunggu...
Bening Bunga Arisna
Bening Bunga Arisna Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya adalah menari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Pendidikan Pancasila bagi Generasi Muda di Pendidikan Seni Tari

28 September 2025   21:25 Diperbarui: 28 September 2025   21:25 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bening Bunga Arisna, Pendidikan Seni Tari, Fakultas Bahasa Seni dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sejak saya kuliah di Seni Tari, saya makin sering bertanya pada diri sendiri: apa sebenarnya makna menari untuk saya dan untuk bangsa ini? Dulu saya menari hanya sebatas hobi, sekadar senang ikut pentas atau lomba. Tapi setelah belajar lebih dalam, saya mulai sadar bahwa tari tidak berhenti pada panggung dan tepuk tangan. Di dalam setiap gerak, ada nilai yang bisa menghidupkan Pancasila.

Pancasila selama ini sering kita dengar di upacara atau mata pelajaran PPKn. Jujur saja, dulu saya pun sering menganggapnya sekadar hafalan. Namun ketika saya melihat kembali tarian tradisional, saya menemukan bahwa Pancasila itu sebenarnya hidup, bukan hanya teks.

Sila pertama tentang Ketuhanan, misalnya, tercermin jelas dalam tari-tari sakral. Bedhaya di Jawa bukan sekadar tarian, tapi juga doa. Dari situ saya belajar bahwa seni bisa jadi jalan mendekatkan diri pada Tuhan.

Sila kedua tentang Kemanusiaan saya temukan saat menonton Tari Saman. Semua penari bergerak seirama, tidak ada yang lebih penting, semua saling menopang. Itu pengingat bagi saya bahwa manusia seharusnya setara dan saling mendukung.

Sila ketiga, Persatuan, terasa ketika saya menyaksikan berbagai tari daerah tampil dalam satu festival. Dari Bali, Jawa, Kalimantan, hingga Papua, semua berbeda tapi berpadu indah di satu panggung. Rasanya seperti melihat langsung makna Bhinneka Tunggal Ika.

Lalu sila keempat, Kerakyatan, justru saya rasakan dalam ruang latihan. Sebelum tampil, penari dan pelatih selalu berdiskusi: gerak mana yang dipilih, formasi mana yang dipakai. Kadang ada perbedaan pendapat, tapi akhirnya dicari jalan tengah. Itulah musyawarah kecil dalam dunia tari.

Sila kelima, Keadilan Sosial, menurut saya hidup ketika tari bisa diakses semua orang. Saya pernah melihat anak-anak desa menari dengan gembira tanpa perlu kostum mewah. Dari situ saya sadar, seni memberi ruang adil bagi siapa saja yang ingin berkarya.

Sayangnya, realitas hari ini tidak semudah itu. Banyak anak muda lebih tertarik pada tren TikTok atau dance modern ketimbang belajar tari tradisional. Tidak salah memang, tapi kalau tradisi terus dilupakan, kita bisa kehilangan akar budaya sekaligus kehilangan cara sederhana untuk menghidupkan Pancasila.

Saya percaya ada jalan keluar. Tari bisa lebih hadir di sekolah, bukan hanya sebagai ekskul, tapi juga bagian dari pendidikan karakter. Festival bertema Pancasila bisa menjadi ruang pertemuan antarbudaya. Bahkan media sosial pun bisa dipakai untuk memperkenalkan tari tradisional dengan gaya kreatif yang lebih dekat dengan generasi sekarang.

Bagi saya pribadi, menari bukan hanya menggerakkan tubuh, tapi juga menggerakkan hati. Lewat tari saya belajar nilai kebersamaan, menghormati sesama, dan mencintai perbedaan. Itulah Pancasila yang bergerak.

Kalau boleh saya simpulkan, menari bersama Pancasila berarti menjaga warisan, merawat identitas, sekaligus memastikan nilai-nilai luhur itu tidak hanya tinggal dalam buku, tapi benar-benar hidup dalam setiap langkah kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun