Mohon tunggu...
Ben Herdianto
Ben Herdianto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Kolese Kanisius

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melawan Balik Secara Tersirat

18 Mei 2023   18:31 Diperbarui: 18 Mei 2023   18:44 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adapun sebuah teks yang mendeskripsikan mengenai sosok pemimpin di negara kita yang dikenal dengan humornya dalam berpolitik. Sosok tersebut bernama Gusdur yang sering menyisipkan teks anekdot dalam kesehariannya. Secara singkat, Gus Dur seringkali menggunakan anekdot dalam pidato-pidatonya yang mengkritik atau menyindir orang secara halus dengan cara yang lucu dan menarik perhatian. Sebagai contoh, sisipan anekdot yang digunakannya dalam pidatonya mengenai intel yang seringkali memata-matai beliau setiap kali beliau berpidato. Beliau menggunakan Bahasa Arab untuk berdiskusi di forum pertemuan itu. Ketika intel itu pulang ke komandannya, ia hanya menjawab bahwa pertemuan tadi tidak mendiskusikan apa-apa, melainkan hanya mendoakan satu dengan yang lainnya. Namun, hal ini juga dapat membawa sebuah kontroversi apabila tidak hati-hati dalam menggunakannya. Sebagai illustrasi, seorang pria di Maluku Utara ditangkap polisi setelah menggunakan anekdot Gus Dur mengenai polisi yang jujur di Indonesia. Oleh karena itu, kita harus melihat waktu dan kondisi saat menggunakan anekdot untuk menyindir sesuatu atau seseorang agar tidak ditangkap negatif oleh masyarakat sekitar, terutama apabila kita menyinggung masalah sensitif.

Maka, bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa berdasarkan pengertiannya, teks anekdot merupakan teks yang berisi cerita yang lucu dan menghibur namun sekaligus berisikan pesan yang dapat menyindir secara halus. Tujuannya adalah untuk menghibur dan menarik perhatian masyarakat untuk menerima pesan dari teks anekdot tersebut. Teks anekdot ini juga bersifat menggelitik. Menurut bacaan tersebut, anekdot ini bisa digunakan untuk pelengkap pidato, presentasi ataupun ceramah untuk menyampaikan sebuah pesan yang lebih mudah diingat dan menarik perhatian.   

Selain itu, contoh lain dari anekdot yang pernah diberikan oleh Gus Dur adalah mengenai tukang becak yang dilarang masuk oleh petugas. Ceritanya, ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu "Becak dilarang masuk". Tukang becak tersebut masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki becak. 

"Apa kamu tidak melihat gambar itu? itu kan gambar tak boleh masuk jalan ini", bentak Pak Polisi. 

"Oh, Saya melihat pak tapi itu kan gambar becak kosong tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk", jawab tukang becak. 

"Bodong, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk.", bentak Pak Polisi lagi. 

"Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampean, bukan tukang becak begini," jawab tukang becak sambil cengengesan. 

Dari teks anekdot ini, kita bisa tahu bahwa yang sedang disindir adalah masyarakat yang sampai sekarang masih mengemis di jalanan. Gus Dur sedang memberi pesan bahwa kunci untuk keluar dari kemiskinan dan kesusahan adalah untuk belajar dan menempuh pendidikan. Karena hanya dengan pendidikan, seseorang bisa sukses dalam kehidupan.   

Maka dari itu, fungsi dari teks anekdot ini sebenarnya adalah menyindir secara halus tanpa menyinggung pihak manapun melalui cerita lucu yang digambarkan dalam teks. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya ada cara lain atau alternatif untuk menyelesaikan ketidakpuasan seseorang terhadap yang lainnya melalui teks anekdot, bukan konflik ataupun perdebatan panjang.

Hal ini berkaitan dengan peristiwa yang sebenarnya dekat dengan kita selama ini, yaitu konflik seperti tawuran yang sampai sekarang masih terus terjadi. Tawuran ini melibatkan kekerasan secara brutal dan agresif. Sedangkan, melalui teks anekdot, kita sebenarnya bisa menyelesaikan konflik dan ketidaksetujuan antara dua pihak melalui sindiran secara lisan maupun tertulis. Dengan sindiran ini, kita juga bisa menjadi lebih komunikatif dengan ide-ide kita yang menyebabkan adanya ketidaksetujuan sehingga hal ini bisa meredakan pertentangan dan membuka jalan untuk lebih mengerti satu sama yang lain.   

Secara kesimpulan, teks anekdot ini adalah sebuah alternatif yang bisa kita gunakan untuk meredakan pertentangan antara satu pihak dengan yang lain tanpa melibatkan kekerasan, melainkan melalui sindiran halus yang lucu dan bahkan menghibur. Seperti yang digambarkan oleh sosok Gus Dur sebagaimana dikatakan dalam teks yang berjudul "Merindukan Sosok Pemimpin Humoris", kita seharusnya lebih melibatkan penggunaan anekdot dalam kehidupan sehari-hari kita untuk menyelesaikan berbagai masalah. Sehingga teks anekdot pun sepenuhnya bisa menjadi sebuah teks yang memiliki tujuan untuk menyampaikan sesuatu informatif tetapi menyinggung pembaca dengan menyisipkan segelintik hiburan dan humor.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun