Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Menunjukkan Bangsa, Problematika Bahasa Persatuan

23 Oktober 2018   11:14 Diperbarui: 23 Oktober 2018   12:10 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kedua, bahasa asing di antara bahasa Indonesia. Fenomena masuknya bahasa asing dalam bahasa Indonesia tidak bisa dihindari. Tentu hal ini memiliki dampak positif dan negatif. 

Di sini lain kita mengatakan bahasa itu selalu dinamis, ia selalu berkembang. Dalam dialog dengan bahasa lain, bahasa Indonesia semakin diperkaya. Namun dampak negatif tidak terhindarkan.

Belakangan ini muncul persoalan, ketika pemakai bahasa Indonesia secara serampangan menggunakan bahasa asing terutama bahasa Inggris dan mencampurkan begitu saja dengan bahasa indonesia. orang-orang terpelajar seperti elit politik, yang dalam rangka tampil beda di depan media lantas mencampuri bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

Tentu bukan hanya elit politik. Para aktris juga mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing, yang kadang-adang tidak jelas dan bahkan maksudnya salah. Media masa juga  sering menjadi penyebab penggunaan yang tidak terkontrol itu. 

Media dengan bebas saja menulis sebuah kaimat dengan mengganti kata bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Selain pers, dunia remaja juga digandrungi oleh ungkapan-ungkapan ke-inggris-inggris-an.

Keresahan ini bukan menunjukkan penolakan terhadap bahasa asing. Kita tentu bangga bahwa orang Indonesia terbuka dengan kemajuan dan tidak menjadi tertutup dengan dunia luar. Namun kita perlu bertanya mengenai statusbahasa Indonesiayang menunjukan bangsa. Bahasa Indonesia tetaplah bahasa yang dimiliki Bangsa Indonesia.

Selain Bahasa Indonesia, orang Indonesia juga memiliki banyak bahasa daerah. Ketimbang menyerap kata bahasa Inggris, mengapa kita tidak mengambil atau menyerap dari bahasa daerah saja?

Semua akhirnya kembali pada kita. Sebab bahasa selalu dinamis dan berkembang. Namun kita tentu tidak ingin bahasa Indonesia akan perlahan-lahan hilang, atau sekurang-kurangnya tidak lagi membanggakan kita sebagai bangsa yang satu.

****

Sumber Rujukan,

Gadamer, Hans Georg. Truth and Method. New York: Cross Road, 1988.

Munsyi, Alif Danya. Bahasa Menujukkan Bangsa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun