Krisis Manusia Modern: Abad Kecemasan
Kita hidup di era paling canggih dalam sejarah manusia. Segala sesuatu bisa diakses dalam hitungan detik, namun semakin banyak orang merasa kehilangan arah. Di tengah arus informasi yang tak pernah berhenti, muncul tekanan sosial untuk selalu tampil sempurna. Media sosial menjadi panggung perbandingan tanpa akhir, memicu rasa cemas, rendah diri, dan kehilangan makna.
Tak hanya itu, krisis iklim, pandemi global, serta gejolak ekonomi dan politik menciptakan ketidakpastian yang seolah tak kunjung reda. Banyak orang merasa hidup di tengah dunia yang tak bisa mereka kendalikan. Dalam situasi seperti ini, muncul kebutuhan akan filosofi hidup yang tidak hanya teoritis, tetapi mampu memberikan ketenangan dan kejelasan arah. Di sinilah Stoikisme menawarkan sebuah jawaban.
 Apa Itu Stoikisme? Membedakan Kendali, Menemukan Ketenangan
Stoikisme adalah filsafat kuno yang berkembang di Yunani dan Romawi, yang tetap relevan hingga hari ini. Inti ajarannya sederhana namun mendalam: fokuslah hanya pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan terimalah dengan lapang dada hal-hal yang berada di luar kendali kita.
Dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring, Stoikisme dijelaskan sebagai panduan hidup yang bisa membantu kita mengelola emosi, merespons tekanan, dan tetap rasional di tengah kekacauan. Dua prinsip utamanya adalah:
Dikotomi Kendali: Bedakan antara apa yang bisa kita kontrol (pikiran, tindakan) dan yang tidak (pendapat orang lain, masa lalu, hasil).
Hidup Sejalan dengan Kebajikan: Menjalani hidup berdasarkan nilai-nilai seperti kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri.
Stoikisme bukan berarti menghindari emosi, tetapi membentuk hubungan sehat dengannya---tidak reaktif, tidak dikendalikan, tetapi dipahami dan diarahkan.
Stoikisme sebagai Solusi Realistis dan Relevan di Abad Ini
a. Menenangkan Kecemasan Digital