Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ical Pengusaha Rugi, Presiden Batal; Ada Prinsip yang Dilanggar

19 Mei 2014   15:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22 8818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14004767931369454539

[caption id="attachment_336888" align="aligncenter" width="612" caption="Aburizal Bakrie, Pengusaha dan Ketua Umum Partai Golkar. (KOMPAS.com/Raditya Helabumi)"][/caption]

Bisnis adalah soal transaksi. Demikian juga Politik. Bedanya hanya dalam bentuk komoditi yang ditawarkan dan caranya bertransaksi.  Dalam dunia usaha, untuk mengurangi risiko rugi atau ditipu, para pengusaha selalu membekali diri dengan prosedur dan ikatan administrasi yang dilindungi hukum dan dilakukan secara sah. Oleh karenanya dunia transaksi bisnis dan perbankan  (legal) tidak bisa jauh dari  notaris, pengacara, dan hukum.

Politik juga selalu bicara transaksi. Bedanya dalam politik, segalanya bisa berubah bahkan sampai pada detik akhir, tergantung siapa yang paling jitu memainkan kartu. It is not just about your cards, but how you play it! Salah memainkan kartu, bahkan yang besar bisa ditaklukkan dengan membuatnya menjadi underdog yang harus mengais belas kasihan si kecil.

Ini terjadi dengan Golkar, khususnya di bawah kepemimpinan Ical. Perolehan suara 14 persen yang seharusnya menjadi senjata ampuh menjadi penentu kemenangan, malah berbalik jadi bumerang di detik-detik akhir pendafataran Capres/Cawapres.

Melihat sejarah Ical menjadi pebisnis, tidaklah dapat disamakan dengan keluarga Sudono Salim atau Eka Tjipta Widjaya, yang memang berbisnis dengan meletakkan dasar-dasar ilmu dagang dan mencermati dengan tekun usaha bisnisnya dengan satu  pola pikir  utama: meraup keuntungan. Yang ada di otak dan darah pengusaha tulen seperti Om Liem adalah hal sederhana berbalut pertanyaan ringkas :  is this profitable?

Pengusaha seperti Om Liem dan Pak Eka  tidak pernah peduli dengan posisi, nama besar, kepopuleran bahkan siapa yang menjabat sebagai ketua. Oleh karena itu, terlepas dari pasang-surut perekonomian Indonesia dan Asia pada umumnya, mereka tetap survive dengan satu geliat konsisten....: investing for profit, read the future!

Melihat pergerakan politik menjelang Pilpres yang hampir mencapai puncaknya, Ical sudah jelas nampak kalah dan kehabisan peluru bahkan sebelum perang dimulai.

Padahal jika "jiwa" pebisnis Ical dimaksimalkan, dagangan 14 persen yang sudah di tangan Golkar, tidak bakal tersia-sia. Ini semua soal bagaimana cara memasarkan, dan kemasan yang ditawarkan. Ical melupakan satu hal mendasar dalam dunia bisnis: Jangan melibatkan emosi dan gengsi.

Seharusnya Ical menyadari satu persamaan bisnis dan politik: don't take it personally!

Dalam bisnis dan politik, kita tidak bicara mengenai perasaan pribadi, tapi soal untung dan target yang dicapai. Yang abadi hanyalah kepentingan dan bagaimana memaksimalkan keuntungan.

Jika Ical berpikir jernih dengan segala survei yang ada, dan penolakan Prabowo yang cukup jelas, seharusnya beliau sadar bahwa dirinya memiliki elektabilitas yang rendah. Bahasa kasarnya dalam terjemahan dagang: Barang ini tidak laku dijual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun