Di sebuah sudut tenang Kabupaten Magelang, hidup masyarakat yang kesehariannya tak pernah lepas dari anyaman. Dari bilah bambu yang sederhana, mereka menyulam ketekunan menjadi karya, sekaligus menopang ekonomi keluarga. Sebagai adik bintang beasiswa Glow and Lovely yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, kunjungan saya ke Dusun Ngadiharjo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang ini bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan pengalaman yang membuka mata tentang arti kerja keras, kemandirian, dan harapan yang terjalin erat di setiap helai anyaman.
Di rumah-rumah sederhana desa Magelang, tangan-tangan terampil perempuan sibuk merangkai bilah bambu menjadi besek, keranjang, hingga karya anyaman lain sejak 2020 hingga saat ini. Aktivitas ini bukan sekadar keterampilan, tetapi juga cermin bagaimana perempuan desa berperan besar dalam menopang keluarga. Mereka menganyam sembari menjaga anak, mengurus rumah, bahkan ada yang membuka usaha dengan berjualan jajanan. Dalam keheningan suara bambu yang saling bertautan, tersimpan cerita ketekunan, kesabaran, dan kekuatan masyarakat desa.
Bagi masyarakat Dusun Ngadiharjo, anyaman bukan hanya kerajinan tangan. Ia adalah identitas, budaya, sekaligus sumber ekonomi. Hasil anyaman dijual untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, perjalanan mereka tidak selalu mudah. Persaingan dengan produk pabrikan, keterbatasan pemasaran, hingga keberadaan bahan baku sering menjadi tantangan. Meski begitu, masyarakat tetap bertahan.
Kunjungan ini memberikan saya perspektif baru tentang makna pemberdayaan perempuan. Sebegai awardee beasiswa Glow and Lovely oleh Hoshizora Foundation, bukan hanya jadi kesempatan bagi saya untuk belajar, tetapi juga tanggung jawab untuk menyuarakan ketangguhan perempuan seperti mereka. Saya belajar bahwa pemberdayaan tidak selalu berarti memberi sesuatu yang baru, melainkan juga mengakui, menghargai, dan memperkuat apa yang sudah dimiliki perempuan. Setiap helai anyaman yang mereka buat adalah simbol dari kerja keras, kreativitas, dan harapan yang disulam dengan penuh ketekunan.
Masyarakat desa Ngadiharjo Magelang mengajarkan bahwa pemberdayaan lahir dari keteguhan hati dan keberanian menghadapi tantangan. Harapan saya, karya mereka mendapat dukungan lebih luas baik melalui pengembangan, pemasaran maupun pengakuan atas nilai budaya yang mereka jaga. Karena sesungguhnya, mereka tidak hanya menganyam bambu, tetapi juga menganyam masa depan: untuk keluarga, komunitas, dan generasi berikutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI