Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Semangat

12 Agustus 2022   22:27 Diperbarui: 12 Agustus 2022   22:56 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semangat. Parah kalau hilang semangat hidup. Semua kita hidup karena ada semangat hidup. Hilangkan itu yang namanya kurang semangat,  hilang semangat, patah semangat. Ini ungkapan-ungkapan berbahaya, racun untuk hidup. Tetap semangat. Umur tidak menjadi halangan. Yang dinamakan atau menamakan diri lanjut usia, lansia, tetap semangat. Semangat juang, semangat belajar, semangat apa saja, yang penting semangat dan tetap semangat. 

Nafsu kita menggebu-gebu untuk hidup. Karena itulah tidur pada waktunya, makan-minum secukupnya, bangun dan kerja sewajarnya. Itulah dorongan Nafsu yang baik.

Nalar kita tetap segar, pikir ini, pikir itu. Semangat terus cari tahu apa saja yang baik, dengar berita, baca koran, ikuti perkembangan lewat media sosial. Itu semua karya Nalar.

Naluri kita membuat kita semangat untuk saling menyapa, bergaul, bercengkerama. Tambah semangat untuk hidup. Ceria. Itu karya Naluri.

Nurani kita tenang, teduh, tetap mendorong untuk penuh semangat menyayangi sesama dan terutama bersembah sujud kepada SANG CHALIK. Itulah degup Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Semangat itu dimunculkan dan digelorakan oleh empat unsur dalam diri kita manusia. Nafsu mendorong hidup, Nalar  mengarahkan hidup, Naluri mencerahkan hidup, Nurani meneduhkan hidup. Semangat meneguhkan setiap langkah menapaki hidup betapa pun terjalnya jurang yang diterjuni, gunung yang didaki. Semangat membuka dada terbusung menantang terpaan badai. Semangat itu gelora. Semangat itu bara. Semangat itu badai. Semangat itu guntur. Semangat menghantar diri kita manusia berlari dan berlari mencapai garis finis. 

Semangat itu hangat dalam tubuh. Irisan dingin angin ditepis lenyap  dengan didihnya buih membludak dalam lekak-lekuk rusuk tersusun rapih. Setiap manusia, saya, anda, dia, kita, hidup karena semangat yang tanpa gentar memecah karang garang  menghalang.

TUHAN, DIKAU-lah SEMANGAT itu yang selalu menyala dalam diri kami manusia titik-titik debu dalam semesta. Tak henti-hentinya DIKAU kami puja. Peluklah kami senantiasa. Hembuskan terus semangat dalam diri kami untuk semakin erat merapat dalam dekapan Kasih IlahiMU.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun