Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup dari Sudut Filsafat (42)

22 April 2021   17:13 Diperbarui: 22 April 2021   17:33 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu urus. Urus apa. Urus hidup. Urus isi perut. Itu dorongan Nafsu. Urus cara hidup. Itu dorongan Nalar. Urus sesama. Itu dorongan Naluri. Urus damai. Itu dorongan Naluri. Empat unsur dalam diri manusia inilah yang memampukan manusia urus segala yang perlu untuk hidup. (4N, Kwadran Bele, 2011). Hasil dari urus ini ada empat: senang, gembira, puas dan bahagia. Nafsu urus hidup. Hasilnya senang. Nalar urus hidup. Hasilnya gembira. Naluri urus hidup. Hasilnya puas. Nurani urus hidup. Hasilnya bahagia. Empat hasil ini, senang, gembira, puas dan bahagia menjadi tujuan hidup dan hidup urus untuk terjadinya empat hasil ini.

Hidup urus hidup supaya manusia hidup dalam alam bersama alam. Ini ulah nafsu yang mendorong manusia itu makan itu, makan ini, minum itu minum ini, simpan ini simpan itu. Segala macam benda yang melekat pada manusia hasil nafsu yang rajin urus semuanya itu. Terkadang uang yang harus melekat pada manusia, jadinya manusia yang melekat pada uang. Ini salah urus. Jadinya manusia nafsu uang. Hasilnya, senang sesaat. 

Hidup urus hidup supaya manusia hidup atas dasar pengetahuan dan pengalaman baik yang lama maupun yang baru. Ini ulah nalar yang mendorong manusia itu ingin tahu ini tahu itu, ingin alami ini alami itu. Segala pengetahuan dan pengalaman manusia hasil nalar yang gencar urus semuanya itu. Hasilnya itu gembira. Jadi ilmuwan itu hasil urus pengetahuan dan pengalaman. Hasilnya, gembira. Terkadang hasil nalar ini disalah-arahkan sehingga manusia rusakkan diri yang ia urus dengan salah urus sehingga luluh-lantakkan diri yang tampung hidup itu. Ini karena salah arahkan nalar.

Hidup urus hidup supaya manusia hidup atas dasar pergaulan penuh rasa persaudaraan saling menghidupkan. Manusia ada keturunan, ada kenalan, ada sahabat hasil urus hidup dengan tuntunan naluri. Hasilnya, puas. Heran bahwa urus diri lupa urus sesama yang lain akhirnya diri terlantar dan timbul musuh-memusuhi dan hidup yang ada dalam diri manusia-manusia tinggalkan tubuh manusia dan itu yang dinamakan saling membunuh.

Hidup urus hidup supaya manusia hidup dalam ketenangan dan kedamaian. Ini karya nurani. Hasilnya, bahagia. Hidup penuh hiruk-pikuk ada batasnya dan perlu diimbangi dengan hidup sepi menyendiri. Sayang bahwa manusia sering tidak biarkan hidup itu urus hidup dalam diri manusia menjadi manusia yang hidup tenang dan damai tapi sering tegang dan cerai-berai berantakan. 

Hidup urus hidup. Hidup ada dalam manusia. Manusia ada dalam hidup. TUHAN Pemberi hidup urus manusia supaya manusia hidup urus hidup. Saya, anda, dia, kita hidup karena TUHAN kasih hidup untuk hidup urus hidup. Hidup mempribadi dalam tiap-tiap kita. Tiap kita urus hidup ibarat simpan minyak harum dalam wadah pualam. Pualam pecah, minyak tertumpah, harum tetap. Hidup itu harum yang tertampung dalam cairan dalam bentuk cairan minyak yang ditampung dalam wadah pualam.  Salah satu saat wadah ini pecah berantakan. Harum berpadu kembali dengan Harum Abadi, TUHAN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun