Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tokoh dari Sudut Filsafat (38)

21 Januari 2021   15:57 Diperbarui: 21 Januari 2021   16:01 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tokoh itu utuh. Tokoh hidup jaga keutuhan antara NAFSU, NALAR, NALURI dan NURANI. Ada nafsu untuk hidup. Biasa-biasa. Nikmati hasil keringat sendiri. Senang. Tokoh hidup pakai pertimbangan akal-budi. Dia pakai nalar. Sederhana. Yang benar itu benar, yang salah itu salah. Karena pakai nalar, dia gembira. Tokoh hidup bergaul dengan banyak orang. Tokoh pakai naluri untuk jadi anggota yang baik dalam keluarga dan masyarakat. Hasilnya, dia puas. Tokoh bersimpuh nikmati keteduhan bathin. Ini dorongan nurani. Tokoh bahagia. Ada empat hasil yang diperoleh tokoh dari hidup utuh ini: senang, gembira, puas, bahagia. Senang, hasil nafsu. Sesaat, cepat berlalu. Gembira, hasil nalar. Lebih lama bertahan, wajah ceria, hati riang. Puas hasil naluri. Ini lama betahan, biasa jadi kenangan betahun-tahun. Karena gembira, jalinan kontak dilanjutkan terus. Naluri untuk bertemu sangat kuat. Bahagia, hasil nurani. Tokoh tenang tahan goncangan karena ada bahagia dalam bathin. Empat unsur dalam diri tokoh terpadu membawa empat hasil yang terpadu utuh dalam diri tokoh. (4N, Kwadran Bele, 2011). 

Tokoh itu utuh dan maunya tetap utuh. Tapi kenyataan yang tokoh hadapi, utuhnya diri ini sering terganggu. Nafsu untuk hidup apa adanya sering terganggu dengan godaan untuk berfoya-foya. Hasil yang ada dirasa kurang terus-menerus. Nafsu dicondongkan ke arah curi. Barang orang dirampas secara halus atau kasar. Sering suka pamer harta. Sepuluh jari dihiasi intan berlian. Jantung sulit berdenyut karena dada ditindih kalung  emas ratusan gram. Inilah godaan yang tantang nafsu. Tokoh lawan godaan ini. Tokoh diterpa lagi badai angkuh dengan hebatnya isi pikiran hasil nalar. Nalar yang batasi tokoh dengan pendapat yang benar, disusupi bisikan untuk tipu-tipu. Sesama tertipu dengan omongan dan pendapat tokoh yang ia peroleh dari angan-angan yang penuh kebohongan. Di sini nalar tokoh diuji. Tokoh berusaha ke luar dari lilitan nalar yang nanar bawa onar. Tokoh sering tergoda untuk tampil hebat sambil injak kepala sesama. Ini godaan maut terhadap naluri sang tokoh. Sudah berkuasa mau lebih berkuasa lagi, lebih hebat dan lebih lama sampai mau terus-menerus berkuasa. Inilah naluri yang tidak sehat dari sang tokoh. Kalau tokoh tidak pada waktunya berbalik, maka tokoh akan hancur, dan ini bisa saja terjadi. Tokoh sering tidak tenang lagi karena nurani ibarat tong sampah penuh rongsokan perilaku yang bejat. Sayang kalau tokoh tidak cepat-cepat bersihkan nurani dari lumpur comberan ulah sendiri. Tokoh yang utuh tidak utuh karena empat unsur dalam dirinya ternoda oleh lengahnya diri tokoh dalam setiap langkah hidup ini.

Tokoh itu utuh. Tokoh itu adalah saya, anda, dia, kita. Diri tokoh tetap utuh dan untuk jaga supaya tetap utuh, ada DIA, TUHAN. Sandar pada DIA, siapa yang dapat melawan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun