Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Daya dari Sudut Filsafat

31 Juli 2020   05:05 Diperbarui: 31 Juli 2020   05:16 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Daya ada dalam diri manusia. Daya dari mana? Yah, dari DIA. Tiap manusia ada daya. Daya tumbuh, NAFSU. Daya ingat, NALAR. Daya tarik, NALURI. Daya serap, NURANI. (4N, Kwadran Bele, 2011). Dengan alat ukur ini, 'Kwadran Bele', kita dapat mendalami secara mendalam apa itu daya. Ada ungkapan, 'Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai', ini putus asa. Karena ada daya inilah manusia dapat bergerak (NAFSU), berpikir (NALAR), bergaul (NALURI), berdoa (NURANI). Manusia kalau  itu dilihat dari postur tubuh, cuma seonggok daya (besar- kecil), sebungkus daya (berat x ringan), segumpal daya (kuat x lemah), seperangkat daya (baru x lama), sesosok daya ( sehat x  sakit). Ini masuk kategori NAFSU. Kalau hanya sebatas ini, maka manusia ada daya yang sama dengan benda lain, batu, kayu, alat, pohon, hewan. Manusia ada daya tangkap, daya pikir, daya ingat, ini kategori NALAR. Kalau hanya ini saja digandeng dengan NAFSU, binatang juga ada daya yang sama. Merpati sangat kuat daya ingatnya, ke mana dia harus pulang pada malam hari. Manusia ada daya juang, daya tarik, daya tangkal, daya tahan. Ini masuk kategori NALURI. Dengan daya ini manusia dapat saling tarik-menarik, berpacaran, kawin dan ada keturunan. Manusia hidup berkelompok karena ada daya juang dan daya tahan. Ini karena NALURI.  Manusia ada daya tobat, ada daya renung, ada daya mohon, ada daya syukur. Ini karena ada NURANI. Daya yang satu ini, NURANI, tidak ada pada batu, pohon dan binatang. Hanya ada pada manusia. Di sinilah keunggulan manusia yang dilengkapi oleh PENCIPTA dengan empat N: NAFSU + NALAR +NALURI + NURANI, satu kesatuan sebagai sumber daya untuk berdaya dan berjaya. 

Daya yang ada dalam diri manusia seharusnya diberdayakan untuk segala sesuatu yang baik, benar dan bagus, yang orang Latin sejak ratusan tahun Sebelum Masehi sudah ungkapkan dengan paduan tiga kata, 'bonum + verum + pulchrum'. Manusia hidup dari dan untuk hasilkan tiga kata ini, baik+benar+bagus. Daya yang ada dalam diri manusia tidak lain tidak bukan hanya untuk kejayaan diri manusia secara pribadi dan bersama-sama tanpa kecuali. Ini yang begitu sering dikhotbahkan oleh setiap pengkhotbah yang dirinya seimbang antara 4N, dengan ungkapan kata, KASIH yang dikutip dari berbagai Kitab suci dari Agama mana  pun di dunia ini. Daya disalurkan secara baik, secara benar, secara bagus. Makan itu terjadi karena ada daya dalam diri manusia untuk memenuhi kebutuhan aliran hidup dalam dirinya. NAFSU makan itu ada tapi kalau makan sembarang makanan, itu daya makan yang salah, tidak pakai daya NALAR. Makan orang lain punya jatah, pakai daya tipu, tipu-daya,  itu rakus dan tidak pakai NALURI. Makan tanpa rasa syukur, ini tanda daya NURANI tumpul dan kurang mendaya-gunakan daya NURANI. Yang namanya Kasih itu tindakan mendaya-gunakan daya dari DIA yang ditanamkan dalam diri kita manusia ini secara baik, benar dan bagus, boleh disingkat untuk mudah diingat, 3B. 

Sumber daya yang memenuhi 3B itu dari DIA, MAHA-DAYA Yang adakan untuk kita manusia yang kaya daya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun