Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Pendidik, Penulis, dan Penggerak Literasi

Guru, penulis dan penggerak literasi yang percaya menulis adalah jejak sejarah diri sekaligus warisan nilai bagi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Takut Salah Bicara: Mengapa Anak SMP Enggan Bertanya?

4 Oktober 2025   08:00 Diperbarui: 3 Oktober 2025   07:24 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kelas SMP saat siswa memilih diam, menunduk, dan enggan bertanya meski belum memahami materi. Sumber: Dokpri - Gen AI

Kebiasaan diam di kelas bukan soal malu sesaat dampaknya bisa panjang dan serius:

  • Pemahaman Materi Tersendat
    Anak kehilangan kesempatan mengklarifikasi poin yang belum jelas.
  • Keterampilan Bersuara Terhambat
    Tanpa latihan berargumen dan bertanya, kemampuan menyampaikan opini makin tertahan.
  • Inovasi dan Rasa Penasaran Ditekan
    Anak yang tak terbiasa mempertanyakan kehilangan peluang kreativitas.
  • Efek Jangka Panjang
    Sikap pasif ini bisa terbawa sampai sekolah menengah atas atau perkuliahan, bahkan ketika di dunia kerja dibutuhkan kemampuan kolaborasi dan berpikir kritis.

Dalam era di mana AI dan informasi berkembang cepat, keberanian bertanya bukan sekadar menerima menjadi kompetensi penting.

Saat Keberanian Bertanya Menular

Ada satu momen yang selalu membekas. Seorang murid bernama Fina yang biasanya pendiam, suatu hari memberanikan diri angkat tangan. Suaranya gemetar: "Bu, saya nggak ngerti ... contoh itu beda apa dengan tadi?"

Kelas hening. Saya merespons dengan penuh keseriusan dan menghargai pertanyaannya. Tak lama kemudian, tangan-tangan lain mulai terangkat, satu per satu.

Saya menyaksikan: keberanian bertanya bisa menular. Ketika satu anak mewakili keraguan banyak orang, ruang kelas berubah menjadi tempat dialog.

Cara Membangun Budaya Bertanya di Kelas SMP

Berikut beberapa praktik konkret yang bisa diterapkan baik oleh guru, orang tua, maupun sekolah agar anak SMP berani bersuara:

  1. Guru Tegaskan: "Tak Ada Pertanyaan Bodoh"
    Ulangi dan jadikan rutinitas. Bila siswa bertanya, tanggapi dengan serius, meski jawabannya sederhana.
  2. Model Bertanya oleh Guru
    Guru boleh sesekali bertanya keras kepada siswa bukan menguji, tapi mendorong diskusi. Ini memberi contoh bahwa bertanya adalah bagian dari pembelajaran.
  3. Kotak Pertanyaan Anonim / Digital
    Sediakan wadah (kertas kecil atau aplikasi daring) untuk siswa menuliskan pertanyaan tanpa takut dilihat langsung.
  4. Diskusi Tematik dan Kelompok Kecil
    Dalam kelompok kecil, siswa mungkin merasa lebih nyaman mengutarakan keraguannya. Setelah itu, wakil kelompok bisa mewakili ke kelas umum.
  5. Apresiasi Bertanya
    Tidak perlu hadiah besar. Sekedar pujian atau sebut nama siswa yang berani bertanya bisa membangun kepercayaan diri.
  6. Kolaborasi Orang Tua & Guru
    Di rumah, orang tua bisa menanyakan "ada yang ingin kamu tanya hari ini?" dan menegaskan bahwa bertanya adalah wajar dan penting.

Diamnya anak SMP bukan berarti mereka tidak berpikir. Banyak pertanyaan tertahan, terhalang ketakutan. Tugas kita sebagai guru, orang tua, dan pembuat kebijakan: membuka ruang agar suara anak muncul.

Namun, pembukaan ruang itu butuh upaya sistemik: pelatihan guru agar lebih responsif, evaluasi praktik pembelajaran agar benar-benar berpusat pada siswa, dan kebijakan yang menghargai proses belajar, bukan hanya hasil.

Ketika tantangan pendidikan kian dinamis, keberanian bertanya jauh lebih berharga daripada jawaban sempurna. Bila hari ini kita membantu anak berani bertanya, kita menanam benih generasi kritis yang tidak takut salah, karena dari kesalahanlah belajar sesungguhnya bermula.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun