Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Pendidik, Penulis, dan Penggerak Literasi

Guru, penulis dan penggerak literasi yang percaya menulis adalah jejak sejarah diri sekaligus warisan nilai bagi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Generasi Lelah di Sekolah, Ketika Sarapan Jadi Kebiasaan yang Hilang

22 September 2025   00:23 Diperbarui: 23 September 2025   10:15 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman di sekolah saya memperkuat data nasional. Setiap upacara bendera Senin pagi, selalu ada murid yang tiba-tiba pucat, pusing, bahkan hampir pingsan.

Ketika ditanya, sebagian besar mengaku belum sarapan. Ada yang hanya minum susu, ada pula yang tersenyum malu seakan tak tahu harus menjawab apa. Fenomena ini menegaskan bahwa masalah sarapan bukan sekadar statistik di atas kertas, tetapi realitas sehari-hari yang menghantam aktivitas pendidikan kita.

Guru dan teman-teman sekelas pun sering harus menghentikan kegiatan untuk menolong murid yang tidak kuat berdiri. Situasi ini menjadi alarm nyata: energi belajar anak-anak rapuh karena fondasi gizinya kosong di pagi hari.

Fondasi Sehat Dimulai dari Rumah

Seorang murid lemas karena berangkat sekolah tanpa sarapan. Sumber: Dokpri - Gen AI
Seorang murid lemas karena berangkat sekolah tanpa sarapan. Sumber: Dokpri - Gen AI

Sebagus apa pun program sekolah, fondasi kebiasaan sarapan tetap dibangun di rumah. Orang tua memiliki peran vital memastikan anak berangkat sekolah dengan perut terisi.

Namun, banyak alasan yang muncul: orang tua sibuk, anak sulit bangun pagi, atau tidak ada waktu menyiapkan makanan. Padahal, sarapan tidak selalu harus rumit. Sepotong roti dengan telur, nasi goreng sederhana, atau bubur instan dengan tambahan sayur sudah cukup memberi tenaga.

Kuncinya ada pada kesadaran dan konsistensi. Anak perlu memahami bahwa sarapan bukan pilihan, melainkan kebutuhan sehari-hari layaknya menyikat gigi sebelum berangkat sekolah.

Sekolah sebagai Agen Perubahan

Sekolah sering fokus pada kurikulum, sementara sisi gizi murid belum menjadi perhatian utama. Padahal, lingkungan sekolah punya peluang besar menanamkan budaya sarapan sehat.

Guru bisa memulai pelajaran dengan percakapan ringan soal menu sarapan murid. Dari sana, siswa bisa saling berbagi ide makanan sehat yang sederhana. Kantin sekolah juga dapat diarahkan menyediakan menu bergizi, bukan sekadar jajanan instan atau minuman tinggi gula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun