Sekolah sering kali masih terpaku pada paradigma lama: literasi = membaca teks panjang. Padahal, generasi ini butuh pendekatan yang lebih relevan. Misalnya:
- Menggunakan platform digital sebagai media belajar (siswa membuat konten edukasi, bukan hanya mengonsumsi).
- Mengajarkan cara membedakan informasi akurat dan hoaks di media sosial.
- Memberi ruang untuk mengolah ide mereka sendiri, bukan sekadar menyalin ringkasan.
Dengan kata lain, sekolah bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, melainkan pemandu dalam lautan informasi digital.
Buku dan Layar Bisa Berdamai
Untuk menjembatani kesenjangan ini, guru dan sekolah bisa mulai dengan langkah sederhana tapi relevan:
- Membuat reading corner digital di kelas, berisi artikel singkat, jurnal populer, atau e-book ringan yang bisa diakses cepat lewat gawai.
- Mengadakan tantangan literasi mingguan, misalnya siswa diminta membaca 1 artikel berita mendalam, lalu membuat review dalam bentuk konten kreatif (video pendek, infografis, atau podcast mini).
- Mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum, sehingga anak-anak belajar mengkritisi sekaligus mencipta konten.
Langkah kecil seperti ini bisa menjadi jembatan antara dunia teks panjang dengan dunia scrolling yang instan alih-alih saling meniadakan, keduanya justru bisa saling menguatkan.
Generasi Scroll Perlu Arah
Fenomena "Generasi Scroll" memang menantang. Tetapi, bukankah setiap zaman selalu melahirkan generasinya sendiri? Orang tua kita dulu mungkin gelisah ketika kita lebih banyak menonton televisi daripada membaca koran. Kini, kita yang merasa gamang melihat anak-anak sibuk scrolling layar ponsel.
Perubahan tidak bisa dihentikan. Upaya yang bisa kita lakukan adalah mengarahkannya.
- Guru perlu memadukan literasi buku dengan literasi digital.
- Orang tua perlu mendampingi anak saat berinteraksi dengan gawai.
- Sekolah perlu mengajarkan keterampilan berpikir kritis agar siswa tidak tenggelam dalam arus informasi instan.
Tanpa literasi kritis, generasi scroll hanya akan menjadi konsumen informasi, bukan pencipta peradaban.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI