Kadang, ruang kelas bisa berubah menjadi panggung kecil. Bukan untuk drama atau musik, tapi untuk perasaan yang lama tersimpan.
Beberapa minggu lalu, di kelas Bahasa Indonesia, kami membedah teks deskripsi dari berbagai sisi. Anak-anak kelas 9 ini belajar mulai dari definisi, ciri-ciri, struktur, kaidah kebahasaan, hingga latihan kelompok yang penuh diskusi dan tawa.
Saya sengaja menyiapkan tugas akhir individu yang agak berbeda. Bukan sekadar menulis ulang teori, tapi mengolah rasa. Judulnya: "Mendeskripsikan Emosi Lewat Lagu Favorit."
Instruksinya sederhana tapi penuh tantangan:
- Pilih satu lagu favorit yang pernah membuatmu merasakan emosi yang kuat.
- Dengarkan kembali lagu tersebut. Resapi suasananya.
- Tulis teks deskripsi perasaan yang kamu alami saat mendengarkan lagu itu.
- Fokus pada penggambaran emosi, bukan cerita lagu.
- Gunakan gaya bahasa deskriptif: ungkapan indrawi, metafora, dan suasana hati.
- Sertakan:
- Judul lagu dan penyanyi
- Potongan lirik (maks. 2 baris) yang paling menyentuh
- 3--5 paragraf teks deskripsi
Saat Kelas Berubah Jadi Studio Perasaan
Begitu saya membacakan instruksi, tangan-tangan mulai terangkat.
"Bu, boleh lagu Korea?"
"Kalau lagu Jepang gimana, Bu?"
"Bebas kan, Bu, lagunya?"
Saya tersenyum. "Boleh. Asal kamu bisa menggambarkan perasaanmu dengan detail dan jelas."
Sekejap, kelas seperti pasar ide. Mereka saling berbisik, saling menyebut judul lagu, ada yang mencari playlist di ponsel, ada yang tampak bimbang seolah ini keputusan hidup.
Saat Lagu Menguasai Ruang Kelas
Hari itu, saya membebaskan mereka menggunakan HP, headset, dan perlengkapan mendengarkan lagu. Suasana berubah. Tidak ada lagi riuh yang terdengar hanya suara kecil dari earphone dan jemari yang sibuk menulis. Beberapa wajah tampak hanyut, mata mereka menerawang seolah kembali ke momen tertentu. Ada yang menahan senyum, ada yang berkaca-kaca, ada yang malah menghela napas panjang sebelum menulis. Tentu saja, ada juga yang terjebak di tahap pertama tidak tahu lagu apa yang mau dipilih. Mereka sibuk membuka playlist, menggulir lagu demi lagu, seperti mencari pasangan yang tepat untuk kencan pertama.
Curahan Tak Terduga
Alih-alih hanya sekadar menguraikan rasa sedih, senang, atau rindu, mereka menulis tentang hal-hal yang lebih dalam. Ada yang menuangkan perasaan bahwa cinta tidak selalu tentang memiliki. Ada pula yang menyadari bahwa perpisahan tidak selalu berarti berhenti peduli. Bahkan, ada yang menulis tentang kehilangan seseorang yang dicintai, dan bagaimana lagu itu menjadi pengingat yang tak pernah pudar.