Mohon tunggu...
Pretty Woman
Pretty Woman Mohon Tunggu... Konsultan - Wanita

Tertarik dengan fenomena sosial dan film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanita Masih "Single" di Usia 28 Tahun, Apakah Ada yang Salah?

14 Desember 2017   15:41 Diperbarui: 19 Desember 2017   12:03 5552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

For some women, the parade of weddings and showers makes them suddenly feel lonely, which can be enough of a catalyst for an informal Race To The Altar. Anyone who's ever been single and stuck at a wedding knows that pang of anxiety when everyone's invited to join the couple in their first dance and she has no one to dance with, not even a creepy uncle. So you sit at the table, fascinated by the cocktail in front of you and wait in vain for "The Way You Look Tonight" to end. Then you hit the bar for another drink, albeit maybe a little stronger.

Itu salah satu petikan dari huff post yang ditulis oleh Pauline Millard tahun 2009. Yeah, 2009 dan masih berlaku untuk dibahas pada akhir tahun 2017 dan aku bertaruh tidak akan usang hingga tahun 2037 disaat usiaku 48 tahun . 

Kalo di perhatikan, artikel yang ditulis oleh orang luar juga membahas kegalauan manusia berjenis kelamin wanita di usia 28 tahun dengan status single. Itu berarti, you're not alone bebs... kegalauan kegalauanmu itu juga dirasakan banyak orang. Maka berhentilah menyanyikan lagu raja pop Michael J hanya sepenggal, diikuti kalimat tanya.

Another day has gone
I'm still all alone
How could this be?

Dosenku pernah bilang "jika masih single usia 28 tahun, itu salah pribadinya, bukan salah Tuhan". Sontak dong aku ngak setuju, what? Salahku? .... Okey setidaknya itu pasti bukan salah Tuhan. Aku hanya bisa tersenyum menyembunyikan ketidaksetujuanku dan terus bertanya dalam hati. Salahku? 

So... mengapa wanita di usianya ke 28 tahun hanya di fokuskan pada satu titik, Yakni pernikahan?. Mengapa bukan karir? Atau rencana mengelilingi dunia?  Atau rencana mengikuti kelas gym yang pelatihnya buat keringat bercucuran  walau hanya berpandangan?. Atau rencana memotong celana jeans biar ngak kepanjangan?

Jawabannya hanya satu, culture. 

Bisa jadi itu adat istiadat. Misalnya di adat batak. Aku ingat salah seorang teman di usianya yang ke 33 tahun akhirnya memutuskan untuk menikahi lelaki yang tidak cocok untuknya atas nama "saur matua" orangtuanya. Saur matua adalah orang yang meninggal dunia telah beranak cucu baik dari anak laki-laki maupun anak perempuan. Saur artinya lengkap/ sempurna. Intinya orangtua dianggap sempurna setelah semua anaknya menikah dan memiliki keturunan. Well aku ngak bilang ini salah, ini adat bebs.. adat...

Selain adat, sebagai kaum milenial kita juga terlampau banyak disuguhi romance oleh film hollywood, bollywood, drama Korea, drama Taiwan, drama Thailand, bahkan drama Turki. Hampir semua jenis film, mulai dari jenis thriller, action, sci-fic bahkan anime menyuguhkan sepenggal cerita dua anak manusia yang jatuh cinta. 

Ingat film killing me softly tahun 2002 yang menceritakan psikopat cinta namun lebih banyak menceritakan adegan demi adegan dewasa?(setidaknya itu adegan  yang paling kuingat :D), atau film the silence of the lamb yang jelas-jelas menceritakan soal pembebasan seorang anak dari bufallo bill, namun yang melekat adalah sosok hanibal lecter dan cinta tak biasanya terhadap clarice starling. Atau yang lagi hot di bioskop saat ini, star wars the las jedi (no spoiler in here ya..) yang dinantikan bukanlah kelanjutan kisah perang antar bintang, namun kisah cinta rey dan kaylo ren yang masih dipertanyakan, apakah itu cinta saudara atau cinta 2 manusia dewasa. Kisah james bond 007 yang setiap episode berbeda wanita jangan ditanya. 

Yup... semua film itu menceritakan kisah yang menarik dan layak ditonton berkali-kali, namun manusia punya kemampuan mengingat adegan demi adegan. Trusted me bebs... 50% lebih ingatnya hanya pada kisah cintah. Mungkin ada sejenis hormon atau apalah yang mempengaruhi hal tersebut di salah satu bagian otak kita (monggo kalo mau diteliti). So... masuk akal kan tiap kali bertemu dengan teman, keluarga, dosen bahkan mantan yang di bahas itu-itu aja. Romance. Yang ditanya itu-itu aja, "kapan nikah?" Yang jadi bahan candaan itu-itu aja "may... maybe yes maybe no"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun