Mohon tunggu...
Beina Prafantya
Beina Prafantya Mohon Tunggu... Guru - Editor, Penggiat Pendidikan, Istri, Ibu Satu Anak

Saya mencintai dunia pendidikan dan pengembangannya, tertarik dengan dunia literasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Change Management

26 September 2022   23:08 Diperbarui: 26 September 2022   23:09 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran Design Thinking versi pemahaman saya (Dokpri)

Ketiga, mengembangkan visi dan strategi perubahan. Pendapat saya, visi ini bertumbuh dari kondisi organisasi. Mestinya ada kejelasan apa sebenarnya yang menjadi tujuan organisasi untuk berubah. Harus ada kepastian ke arah mana organisasi akan digerakkan. Harus ada keniscayaan apa target yang ingin dicapai. Jika sudah ada kejelasan, barulah perusahaan menetapkan strategi perubahan. Vision means what is the target or the goal. Strategy means the way or how to reach it.

Keempat, mengomunikasikan visi perubahan. Jika tiga prinsip sebelumnya sudah tercapai, keterampilan berikutnya yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah mengomunikasikannya. Technically, pemimpin harus memiliki cara pendekatan yang tepat kepada tim agar seluruh anggota tim memahami visi perubahan tersebut. Pemimpin harus memastikan pula bahwa seluruh anggota tim berada dalam satu frekuensi yang sama.

Kelima, memberdayakan langkah tindak lanjut yang utama. Konon, kegagalan kerap terjadi pada prinsip ini. Rencana memang sudah dibuat. Namun, eksekusi dari rencana tersebut malah menemukan kebuntuan. Penyebabnya, rencana yang dibuat terlalu melangit atau kurang logis. Rencana yang terlalu melebar atau kurang spesifik akan mempercepat kegagalan. Maka, pastikan perencanaan yang dibuat sudah sangat matang dengan antisipasi berbagai alternatif jika kemudian menemukan kendala. Dalam prinsip pemberdayaan ini, seorang pemimpin hendaknya memiliki sikap konsisten, tegas, fokus pada tujuan, tetapi tetap menunjukkan keterbukaan.

Keenam, menciptakan quick wins. Bagian ini saya sebetulnya kurang paham. Tapi, saya coba mengambil intisari dari teori prinsip ini saja agar pesannya tetap sampai. Quick wins yang saya pahami adalah semacam batasan periodik untuk capaian-capaian yang bersifat pendek. Misal, per pekan, per bulan, per tiga bulan. Capaian periodik ini membantu tim untuk menentukan langkah-langkah kecil untuk tujuan yang lebih besar. Tim akan merasa tugasnya lebih ringan karena dilakukan secara bertahap. Bahkan, tim merasa sudah mencapai target secara berkala sehingga kehangatan semangat mereka tetap bisa terjaga (Hangat saja, jangan panas. Nanti kebakaran). Lalu, bagaimana jika langkah periodik ini gagal? Jika terjadi kegagalan, evaluasi lebih cepat dilakukan. Per periode akan terukur bagaimana capaian tim dan apa yang perlu dikoreksi untuk langkah selanjutnya. Tim akan belajar bagaimana bersikap preventif dan antisipatif terhadap permasalahan yang mungkin akan muncul pada periode berikutya.

Ketujuh, konsolidasi manfaat perubahan. Konsolidasi menjadi upaya penguatan tim. Karena evaluasi dan koreksi dilakukan per periode, hal ini seharusnya dapat mengukur capaian dalam jangka pendek. Capaian yang dimaksud bukan sekadar dalam bentuk angka, melainkan juga hal lain yang bersifat kualitas seperti soliditas, solidaritas, loyalitas, kapasitas, dan tas-tas lainnya.  Hal ini adalah sesuatu yang sifatnya menular. Kemanfaatan perubahan akan dirasakan tidak hanya oleh tim, tetapi menular pada lingkaran luar organisasi yang menjadi konsumen kita. Semisal, siswa atau orang tua siswa, bahkan tetangga.

Kedelapan, last but not least: memantapkan perubahan sebagai bagian dari budaya.  Jika kemanfaatan sudah dirasakan oleh banyak pihak, baik tim maupun luar tim, perubahan dapat dimantapkan sebagai bagian dari budaya organisasi. Maksudnya bagaimana?

Dimantapkan artinya dikukuhkan atau dibakukan menjadi suatu bagian menetap dalam organisasi. Jika sudah dijalankan secara konsisten sebagai suatu ciri khas, selamat, organisasi kita telah berhasil membangun perubahan yang kemudian membudaya!

By the way, ini baru setengahnya.

Pembahasan dua hari tentu tidak akan dapat diwakilkan hanya dalam tulisan pendek. Perlu diluruskan bahwa ternyata asumsi saya tidak tepat. Bukan asumsi tentang konten training-nya, melainkan asumsi saya tentang para trainee yang tadi disebutkan di paragraf pertama tulisan ini. 

Ternyata, wajah para trainee boleh serius. Bahkan, sangat serius. Namun, beberapa di antara trainee adalah mereka yang begitu cerdas, tetapi mampu membawa suasana yang ceria selama training berlangsung. Terima kasih sudah membuat saya merasa kurang kompeten. Pengalaman kalian yang luar biasa membuat saya malu hati dan merasa tidak punya apa-apa. Terima kasih dua bapak senior yang namanya berinisial S. Melihat kalian berdua saya merasa lebih optimis bahwa wajah pendidikan masih sangat berpotensi untuk diselamatkan. Terima kasih juga untuk Bu Retno Wulandari yang begitu tangguh dalam perjuangan mengubah brand image sekolahnya menjadi sekolah yang siap berkolaborasi dengan zaman yang menantang dalam gempuran dampak teknologi yang ampun-ampunan.

Salut berkali-kali untuk semua yang hadir hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun