Mohon tunggu...
beCreative Teacher
beCreative Teacher Mohon Tunggu... Guru - Wadah Guru Kreatif

Guru Kreatif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Memanggilku Dessy

6 Maret 2021   10:50 Diperbarui: 2 Juli 2021   23:54 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu kira-kira jam 7.00 aku sudah berada di sebuah sekolah menengah pertama di daerah tempatku tinggal. Hari ini adalah pengumuman penerimaan siswa baru. Susana masih nampak sepi, belum ada satu orang pun di sekolah, namun pintu gerbang sudah terbuka. 

Tidak berapa lama mulai berdatangan siswa-siswa baru yang juga ingin melihat pengumuman. Sama sepertiku mereka mengenakan seragam putih merah. Ada yang jalan kaki dan ada pula yang di antar oleh orangtuanya mengunakan motor namun sangat sedikit sekali jumlahnya.

Suasana pagi itu terasa sangat dingin, berbeda seperti biasanya. Sekolah baru kami kebetulan berada disekitar perkebunan karet, sehingga jika pagi hari selalu nampak gelap sampai matahari sedikit lebih tinggi dari rumpun pepohonan karet. 

Penasaran mulai menyelimuti perasaanku, apakah aku di terima atau tidak di sekolah ini. Ramai anak-anak sudah berkumpul di aula dimana pengumuman ditempel.

“Anak-anak, silahkan dilihat hasil pengumuman seleksi calon siswa baru SMP PGRI Muara Lima” Terdengar suara seorang guru menyampaikan melalui pengeras suara. 

Beberapa anak-anak langsung berhamburan dan mulai berdesak-desakan menuju papan pengumuman. Ditengah hiruk-pikuk siswa yang berjubel, aku hanya terdiam beridiri di sudut samping tiang aula sambil memandangi mereka memandangi mereka.

“Siapa ya itu……” gumamku dalam hati. Kedua mataku tertuju pada salah seorang siswa berperawakan tinggi tidak juga kurus dan tidak juga gemuk badannya. Sepertinya orang ini tidak asing, pikirku dlaam hati. 

Namun aku yakin sekali tidak pernah bertemu sebelumnya. Ku lihat dia asik berbincang dengan temannya,. Matanya tertuju mencari namanya di papan pengumuman. Sesekali dia mencarikan nama temannya kemudian mengangguk-anggukan kepalanya sambil mengangkat jempol. Terlihat dia juga toss dengan beberapa temnnya. Wajahnya terlihat gembira sekali.

Ketika susana sudah mulai sepi, aku mulai melangkahkan kakiku ke depan papan pengumuman. Perasaanku semakin tak karuan. Khawatir jika namaku tidak terpampang di situ. Mataku mulai fokus melihat dari nomor paling bawah. “Kok namaku belum ada” kataku dalam hati. Rasa ragu mulai menyelimuti pikiranku. Sudah no urut 30 namun belum ada juga namaku. Tiba-tiba beban didadaku serasa hilang. Ingin rasanya aku teriak sekeras-kerasnya. 3. Dewi Yanti Saputri “Alhamdulillah…..pekikku dalam hati.

“Dessy…..” tiba-tiba aku dikagetkan dengan sesorang yang memangil nama tersebut. “Nama kamu dessy kan…..?” tambahnya lagi memastikan. Aku hanya menyerengitkan dahi, “bukan… salah orang”, jawabku singkat. Dia hanya tersenyum sambil berkata, “ boleh kenalan……?”. Aku yang sudah mau pergi tiba-tiba tersadar bahwa anak ini lah yang sedari tadi aku perhatikan. “Aduh gemana ya..kan malu”, debatku dalam hati, antara mau untuk berkenalan atau membiarkannya. Kemudian aku memutuskan pergi tanpa mengindahkan permintaannya untuk berkenalan. “Des……. Aku Tommy” teriaknya memperkenalkan diri. Aku terus berjalan dan bergabung bersama teman-temanku tanpa memperdulikannya.

Waktu berlalu, di luar dugaanku ternyata kami berada di kelas yang sama. Sejak saat itu dia selalu memanggilku Dessy. Akupun heran kenapa dia memanggilku begitu. Akupun tidak keberatan dan merasa nyaman dengan panggilan itu. Dia sering sekali menggodaku. Kadang berolok-olok, kadang memuji. Dan yang pasti dia selalu bertanya padaku jika ada PR atau tugas dari guru. Begitupun jika dia memiliki hal baru, pasti akan menceritakannya padaku. Pernah suatu ketika kami mengikuti les Ipa pada guru kami, karena kehujanan bajuku basah semua. Tiba-tiba saja dia meminjamkan bajunya. Dengan postur tubuhku yang mungil, jadi terlihat kedodoran. Malunya aku saat itu, tapi aku senang ada teman yang peduli kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun