Mohon tunggu...
Nabila Juliet
Nabila Juliet Mohon Tunggu... Jurnalis - PIAUD UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Everything You Can Imagine Is Real

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tahap Perkembangan Moral Anak Usia Dini

12 Maret 2020   12:55 Diperbarui: 12 Maret 2020   12:57 24584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moral merupakan tata cara, kebiasaan, adat, dan etika yang dimilki seseorang. Lantas apa yang dimaksud dengan perkembangan moral itu sendiri? Perkembangan moral merupakan Perubahan yang berkaitan dengan pikiran, emosional, kebiasaan dan sikap yang dimilki seseorang berdasarkan standar benar atau salahnya perilaku yang ditetapkan dalam kehidupan masyarakat.

Teori Psikoanalisa menyebutkan bahwa perkembangan moral adalah proses internalisasi norma-norma masyarakat dan kematangan organic-biologik. Teori ini menyebutkan bahwa seseorang telah mengembangkan aspek moral bila gtelah menginternalisasikan aturan-aturan atau kaidah-kaidah kehidupan di dalam masyarakat dan dapat mengaktualisasikan dalam perilaku yang terus menerus atau dengan kata lain sudah menetap dalam diri seseorang.

Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal yang mengatur aktivitas seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dalam penyelesaian konflik. Pada usia 4-6 tahun anak mulai menyadari dan mengartikan bahwa sesuatu tingkahlaku ada yang baik dan ada yang tidak baik.

Ada beberapa tahap perkembangan moral Anak Usia Dini, menurut seorang ahli yaitu Piaget, Dia mengatakan bahwa tahap cara berfikir anak terhadap moralitas itu berbeda-beda :

  • Tahap Moralitas Heteronom, yaitu anak usia 4-7 tahun
  • Tahap moralitas heteronom, yaitu tahap pertama dari perkembangan moral. Anak berfikir bahwa keadilan dan peraturan adalah properti dunia yang tidak bisa diubah dan dikontrol oleh orang. Anak berfikir bahwa peraturan dibuat oleh orang dewasa dan terdapat pembatasan dalam berperilaku.
  • Pada tahap ini, anak menilai kebenaran atau kebaikan tingkah laku berdasarkan konsekuensinya, bukan niat dari orang yang melakukan. Anak juga percaya bahwa aturan tidak bisa diubah dan diturunkan oleh sebuah otoritas yang berkuasa. Anak berfikir bahwa mereka tidka berhak membuat peraturan sendiri, melainkan dibuatkan aturan oleh orang dewasa. Orang dewasa perlu memberikan kesempatan pada anak untuk membuat peraturan, agar anak menyadari bahwa peraturan berasal dari kesepakatan dan dapat diubah.
  • Tahap Moralitas Otonom, yaitu anak usia 7-10 tahun
  • Tahap ini anak berada dalam masa transisi dan menunjukkan sebagian ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan moral dan sebagian ciri dari tahap kedua yaitu moralitas otonom. Anak mulai sadar bahwa peraturan dan hukum dibuat oleh manusia, dan ketika menilai sebuah peraturan, anak akan mempertimbangkan niat dan konsekuensinya. Moralitas akan muncul dengan adanya kerjasama atau hubungan timbal balik antara anak dengan lingkungan dimana akan berada pada masa ini anak percaya bahwa ketika mereka melakukan pelanggaran, maka otomatis mereka akan mendapatkan hukumannya.
  • Hal ini sering membuat anak merasa khawatir dan takut berbuat salah. Namun ketika anak mulai berfikir secara heteronom, anak mulai menyadari bahwa hukuman terjadi apabila ada bukti dalam melakukan pelanggaran. Piaget yakin bahwa semakin berkembang cara berfikir anak, akan semakin memahami tentang persoalan-persoalan sosial dan bentuk kerjasama yang ada di dalam lingkungan masyarakat.

Seorang ahli lain yaitu Kohlberg juga mengemukakan bahwa cara berfikir anak tentang moral berkembang dalam sebuah tahapan. Kohlberg membagi 3 tingkatan penalaran moral, dan setiap tingkatan dari tingkatan kohlberg memiliki 2 tahapan, yaitu :

  • Moralitas Prakonvensional
  • Pada tingkatan ini, baik dan buruk anak diinterpretasikan dengan reward (imbalan / pujian) atau punishment (hukuman). Dalam tingkatan ini ada dua tahap, yaitu tahap moralitas heteronom dan tahap individualisme.
  • Pada tahap yang pertama (Tahap Moralitas Heteronom), anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, anak berfikir bahwa mereka harus patuh dan takut pada hukuman. Sedangkan pada tahap yang kedua (Tahap Individualisme), anak berfikir bahwa mementingkan diri sendiri adalah hal yagn benar dan hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu, anak berfikir apapun yang mereka lakukan harus mendapatkan imbalan atau pertukaran yang setara. Jika dia berbuat baik, maka orang juga harus berbuat baik terhadap dirinya, anak menyesuaikan terhadap sosial untuk memperoleh penghargaan.
  • Moralitas Konvensional
  • Pada tingkatan ini individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya oleh orang tua atau pemerintah. Moralitas atas dasar penyesuaian dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Pada tingkatan ini ada dua tahapan, yaitu tahap pertama ekspektasi interpersonal, dan tahap kedua moralitas sistem sosial.
  • Pada tahap pertama (Tahap Ekspektasi) Interpersonal anak menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan terhadap orang lain sebaga dasar penilaian moral. Seseorang menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Contoh: mengembalikan krayon ke tempat semula sesudah digunakan (nilai moral tanggungjawab).
  • Pada tahap kedua (Tahap Moralitas Sitem Sosial), penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. Seseorang yakin bahwa bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, maka mereka harus berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari kamanan dan ketidaksetujuan sosial. Contoh; bersama-sama membersihkan kelas, semua anggota kelompok wajib membawa alat kebersihan (nilai moral=gotong royong).
  • Moralitas Pascakonvensional
  • Pada tingkatan ini seseorang menyadari adanya jalur moral alternatif, dapat memberikan pilihan, dan memutuskan bersama tentang peraturan, dan moralitas didasari pada prinsip-prinsip yang diterima sendiri. Ini mengarah pada moralitas sesungguhnya, tidak perlu disuruh karena merupakan kesadaran dari diri orang tersebut. Tingkatan ini memiliki dua tahap, pertama hak individu, dan tahap kedua prinsip universal. Pada tahap pertama (Hak Individu), individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama. Seseorang menyadari perlunya keluwesan dan adanya modifikasi dan perubahan standar moral apabila itu dapat menguntungkan kelpmpok secara keseluruhan.
  • Contoh: pada awal tahun ajaran, orang tua diperkenankan menunggu anaknya selama kurang lebih satu minggu, setelah itu anak harus berani ditinggal.
  • Pada tahap kedua (Prinsip Universal), seseorang menyesuaikan dengan standar sosial dan cita-cita internal terutama untuk menghindari rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bukan menghindari kecaman sosial. Contoh; anak secara sadar merapikan kamar sendiri segera setelah ia bangun tidur dengan harapan agar kamarnya terlihat selalu dalam keadaan rapi.
  • Untuk itu orangtua mempunyai kewajiban terhadap anak untuk menumbuhkan atau mengembangkan moral anak. Nilai-nilai yang dapat dikembangkan anak usia dini yaitu, Kerjasama, Disiplin Diri, Gotong Royong, Tanggung Jawab, Kujujuran, dan bersikap sopan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun