Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Tidak Mengenal Yesus, Melecehkan-Nya!

18 Januari 2022   08:54 Diperbarui: 18 Januari 2022   08:55 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Selasa  18 Januari 2022

Mrk 2:23 Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. 24 Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" 25 Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, 26 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya 27 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."

Renungan

Lord Acton, guru besar sejarah modern di Universitas Cambridge, Inggris, yang hidup di abad ke-19, menyatakan : "Power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely". Kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut cenderung korup secara absolut.

Kekuasaan dan korupsi  bagaikan dua sisi dari satu mata uang. Kekuasaan dapat dijadikan  pintu masuk  bagi penguasa untuk korupsi. Dengan kekuasaan di tangan, penguasa dapat bertindak busuk, menguntungkan diri sendiri. Tindakan koruptif, pembusukan selalu mengiring perjalanan penguasa. Tidak waspada, tanpa kendali dan mawas diri, penguasa dapat jatuh tergulung oleh.kekuasaaan yang digenggamnya.

Tidak terkecuali mereka yang punya kekuasaan dalam bidang agama. Mereka pun dapat bertindak koruptif. Demi kepentingan busuknya, penguasa dan pimpinan agama dapat memaksakan tafsir keagamaannya. Apalagi jika kebencian, iri, dengki, perasaan tidak senang, tidak suka ikut bergerilya merasuki dan memasuki relung-relung hatinya.

Bacaan Injil hari ini menarasikan konflik yang kesekian kalinya orang-orang Farisi dengan Yesus. Ahli--ahli Taurat dan orang-orang Farisi, para ahli agama ini  begitu ketat akan hukum Taurat. Mereka membuat rincian konkrit lebih lanjut sebagai pelaksanaannya. Sudut pandang, tafsiran mereka atas pelaksanaan Taurat jadi dasar menilai ketaatan seseorang terhadap Taurat.   Mereka ini punya bibit-bibit kebencian terhadap Yesus. Semangat konfrontasi, oposisi anti Kristus begitu mewarnai semangat hidupnya.  

Pada suatu kali, saat Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?".

Memetik bulir gandum, mereka tafsirkan sebagai memanen gandum. Tindakan memanen gandum itu adalah tindakan bekerja yang dilarang dilakukan pada hari Sabat. Mereka sebenarnya menggugat kompetensi dan legitimasi Yesus sebagai tokoh religius. Kenapa Yesus membiarkan murid-murid-Nya melakukan pelanggaran atas ketentuan Sabat?  

Atas pertanyaan itu, Yesus menjawab dengan pertanyaan balik : "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan,  bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya".

Jika berbicara tentang pelanggaran Taurat, Yesus mengajukan perbandingan agar ada penilaian yang lebih benar, jujur dan obyektif. Daud adalah tokoh besar bangsa Israel yang mereka kenal. Daud, yang lebih besar dari murid-murid-Nya dan orang-orang Farisis itu, ternyata pernah melakukan pelanggaran yang lebih besar lagi. Saat kelaparan, Daud masuk ke Rumah Allah dan makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam. Bahkan Daud  memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya. Suatu pelanggaran besar telah Daud lakukan.

Atas pelanggaran Daud itu, mereka memaklumi. Karena Daud punya kuasa besar. Daud adalah raja. Mereka takut. Mereka tidak berani mempermasalahkannya. Mereka seperti pisau. tajam ke bawah, tapi  tumpul ke atas. Kepada yang besar, mereka enggan menerapkan tuntutan hukum. Namun terhadap yang kecil,  begitu garang, berani, kasar, kaku memberlakukan seluruh ketentuan Taurat. Mereka memandang Yesus sebagai kelingking, "sipil", kecil. Benarkah Yesus itu lebih kecil dari pada Daud?

 Selanjutnya kepada mereka Yesus menegaskan: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.". Dengan tegas, Yesus meluruskan pemahaman mereka atas-Nya. Yesus membuka dan memperkenalkan diri sejatinya. Dia adalah Anak Manusia. Dia, Tuhan atas hari Sabat. Dia, Penguasa dunia yang meletakkan kepentingan kemanusiaan di atas segala ketentuan, termasuk Sabat. Dia lebih besar dari Daud, raja besar bangsa Israel.

Nah lewat narasi Injil hari ini, orang beriman menawarkan dan mewartakan siapa sejatinya Yesus itu.  Orang beriman memberi "kaca pengilon" cermin jernih bening  kepada mereka yang mau mengenal siapa sesungguhnya Yesus.

Bagi yang memiliki relasi personal, intim dan mesra dengan-Nya, Yesus lebih besar dari Daud. Yesus begitu eksistensial, berdampak nyata dan hidup dalam kesehariannya. Namun bagi yang anti Yesus, selalu beroposisi dan berkonfrontasi dengan-Nya, apalagi punya kuasa dan pengaruh dalam bidang agama, Yesus bagaikan "slilit" dan ""klilip".

Slilit adalah  sisa makanan yang tersangkut di antara sela-sela gigi. Sedangkan klilip adalah benda atau serangga kecil, nyamuk misalnya yang menyelinap masuk ke dalam kelopak mata. Slilit dan klilip, keduanya sama-sama kecil dan mengganggu. Bagi yang kontra dan anti, Yesus dan pengaruh-Nya perlu dilenyapkan. Kebencian, iri, dengki, perasaan tidak senang, tidak suka yang bergerilya merasuki dan memasuki relung-relung hati, melahirkan tindakan koruptif. nya. Demi kepentingan busuknya, penguasa dan pimpinan agama memaksakan tafsir keagamaannya guna melenyapkan liyan. Power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely!

Nah, sungguhkah diri ini mengenal Yesus? Yang jelas, satu indikasi pasti, siapa tidak mengenal Yesus, melecehkan-Nya. Maka bersama Yesus, umat kristiani tiada henti berdoa sepenuh hati "Ya Bapa, ampunilah mereka karena tidak mengetahui apa yang mereka perbuat!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun