Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadi Alter Christi, Kristus Masa Kini, di Sini!

11 Juli 2021   09:53 Diperbarui: 11 Juli 2021   10:00 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bacaan Minggu 11  Juli 2021

Mrk 6:7 Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, 8 dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, 9 boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. 10 Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. 11 Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." 12 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, 13 dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

Renungan

Anthony de Mello, S.J. menuliskan permenungan tentang perbedaan mutlak dengan kisah berikut. Uwais, seorang Sufi, pernah ditanya: 'Apakah makna rahmat bagi Anda?' Jawabnya:

'Setiap kali bangun pagi, aku merasa cemas, apakah aku masih akan hidup petang nanti.'  Kata si penanya: 'Tetapi bukankah semua orang tahu akan hal itu?' Jawab Uwais: 'Mereka memang tahu. Tetapi tidak semua merasakannya.' Tidak pernah seorang menjadi mabuk hanya karena mengetahui arti kata 'anggur'.(l)

Kini jam 08.00-an  saya mulai menulis renungan ini. Saya tidak berani memastikan apalagi menjamin bahwa pada jam 20.00 hari ini saya masih hidup. Jangankan sampai jam 20.00,  beranikah Anda memastikan dan menjamin jantung Anda masih berdetak sejam ke depan usai membaca renungan ini ? Tidak, kenapa?  Karena ini di luar kuasa kita. 

Kita hanya dapat  berharap jantung ini  berdetak selama mungkin. Terpenuhi atau tidak juga  di luar kuasa kita. Hidup ini tidak tergantung pada diri kita. Hidup adalah rahmat. Kesadaran, tahu dan merasakan, hidup sebagai karunia semata menjadikan orang bersyukur. Tanpa kesadaran, sekedar tahu saja misalnya tak akan melahirkan sikap syukur. Tidak menemukan kebermaknaan hidup, bahkan bisa jadi malah bersikap kufur.

Tahu dan merasakan Yesus, mesti dialami para murid-Nya. Pengalaman hidup bersama Yesus, tahu dan merasakan Yesus sebagai yang datang dari Allah, yang memanggil dan mengutus dua belas murid-Nya menjadi permenungan bacaan Injil hari ini. Mereka sebagai utusan bertindak dalam nama sang pengutus. Kata dan tindakan mereka menyatakan kata dan tindakan Yesus yang mengutusnya. Pewartaan mereka sama dengan pewartaan-Nya. Mereka dikaruniai kuasa yang ada pada Yesus sendiri. "Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat..."

Yesus memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Bukan mereka yang meminta Yesus untuk memanggil dan mengutusnya, melainkan Yesuslah yang memilih mereka jadi utusan-Nya. Panggilan dan perutusan mereka adalah rahmat belaka. Menjadi pewarta Kerajaan Allah adalah sebuah karunia. Agar semakin kuat pewartaan, kesaksian mereka akan Kerajaan Allah dalam Yesus, mereka diutus berdua-dua. Karena menurut kebiasaan Yahudi, kekuatan kesaksian itu jika dinyatakan oleh minimal dua orang saksi (Ul 17,6).

Para murid yang tahu dan merasakan Yesus, mesti berani secara total mengandalkan Allah. Sehingga Yesus berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. 

Tanda kesanggupan dan kesungguhan untuk melaksanakan perutusan-Nya, mereka harus berani menyerahkan hidup sepenuh dan seluruhnya dalam penyelenggaraan ilahi. Dalam kelemahan tetap bersama Allah, kekuatan-Nya menjadi nyata, terasa.

Sudah sejak hidup bersama Yesus, mereka tahu dan merasakan, disamping penerimaan ada juga penolakan terhadap kehadiran Yesus. Maka Yesus mengingatkannya. Mereka juga akan mengalami seperti yang telah Yesus alami, penerimaan dan penolakan. "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." 

Mengebaskan debu merupakan kebiasaan suci orang Yahudi setelah menempuh perjalanan melewati daerah non Yahudi yang dipandang kafir dan najis. Mereka membersihkan diri dari debu kekafiran dan kenajisan. Tidak mau ikut menanggung kekafiran dan kenajisan mereka. Demikianlah sikap para murid-Nya terhadap mereka yang menolak, tidak mau mendengar pewartaannya. 

Dengan mengebaskan debu, para murid memperingatkan mereka bahwa dirinya tidak bertanggung jawab atas pilihan mereka. Mereka sendirilah yang sepenuhnya mesti menanggung resiko pilihannya. Yesus adalah kebenaran dan kehidupan. Menolak Yesus berarti merangkul kesesatan dan kebinasaan. Ini berarti sejatinya mereka sedang dan telah menciptakan hukuman bagi dirinya sendiri.

 Para murid konsisten  pergi, beraksi, bergerak bertindak  memberitakan bahwa orang harus bertobat. Mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkannya. Aksi para murid ini sesungguhnya meneruskan tindakan Yesus sendiri, yaitu memberitakan pertobatan, mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit. Sebagai utusan, para murid setia pada Yesus, pengutusnya.Sebagaimana perutusan Yesus adalah perutusan dari Bapa, Allah yang benar, demikian perutusan para murid adalah perutusan Yesus,  yang datang dari Bapa, Allah yang benar itu.

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Sungguhkah diri ini tahu dan merasakan, mengalami Yesus? Sudahkah mensyukuri panggilan dan perutusan-Nya? Ataukah hanya sekedar tahu tentang Yesus, namun tidak menyentuh dan berpengaruh? Tidak maukah mencicipi "anggur" Yesus, sampai "mabuk, mendem" Yesus? Tidak maukah merasakan Yesus, membiarkan-Nya  masuk merasuki semua lekuk leku dimensi hidup, menguasai hidup, sehingga bukan lagi aku yang hidup melainkan Kristus yang hidup? Maukah jadi Alter Christi, Kristus masa kini, di sini?

Yang menjadi Alter Christi, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas,  hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, dan jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Kerasukan Kristus .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun