Sudah sejak hidup bersama Yesus, mereka tahu dan merasakan, disamping penerimaan ada juga penolakan terhadap kehadiran Yesus. Maka Yesus mengingatkannya. Mereka juga akan mengalami seperti yang telah Yesus alami, penerimaan dan penolakan. "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka."Â
Mengebaskan debu merupakan kebiasaan suci orang Yahudi setelah menempuh perjalanan melewati daerah non Yahudi yang dipandang kafir dan najis. Mereka membersihkan diri dari debu kekafiran dan kenajisan. Tidak mau ikut menanggung kekafiran dan kenajisan mereka. Demikianlah sikap para murid-Nya terhadap mereka yang menolak, tidak mau mendengar pewartaannya.Â
Dengan mengebaskan debu, para murid memperingatkan mereka bahwa dirinya tidak bertanggung jawab atas pilihan mereka. Mereka sendirilah yang sepenuhnya mesti menanggung resiko pilihannya. Yesus adalah kebenaran dan kehidupan. Menolak Yesus berarti merangkul kesesatan dan kebinasaan. Ini berarti sejatinya mereka sedang dan telah menciptakan hukuman bagi dirinya sendiri.
 Para murid konsisten  pergi, beraksi, bergerak bertindak  memberitakan bahwa orang harus bertobat. Mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkannya. Aksi para murid ini sesungguhnya meneruskan tindakan Yesus sendiri, yaitu memberitakan pertobatan, mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit. Sebagai utusan, para murid setia pada Yesus, pengutusnya.Sebagaimana perutusan Yesus adalah perutusan dari Bapa, Allah yang benar, demikian perutusan para murid adalah perutusan Yesus,  yang datang dari Bapa, Allah yang benar itu.
Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Sungguhkah diri ini tahu dan merasakan, mengalami Yesus? Sudahkah mensyukuri panggilan dan perutusan-Nya? Ataukah hanya sekedar tahu tentang Yesus, namun tidak menyentuh dan berpengaruh? Tidak maukah mencicipi "anggur" Yesus, sampai "mabuk, mendem" Yesus? Tidak maukah merasakan Yesus, membiarkan-Nya  masuk merasuki semua lekuk leku dimensi hidup, menguasai hidup, sehingga bukan lagi aku yang hidup melainkan Kristus yang hidup? Maukah jadi Alter Christi, Kristus masa kini, di sini?
Yang menjadi Alter Christi, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas,  hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, dan jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Kerasukan Kristus .