Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sembuhkan yang Sakit, Bangkitkan yang Mati, Usirlah Setan-setan!

8 Juli 2021   08:52 Diperbarui: 8 Juli 2021   10:58 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Kamis 8 Juli 2021

Mat 10:7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. 8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. 9 Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. 10 Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. 11 Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. 12 Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. 13 Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 14 Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. 15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."

Renungan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cantrik adalah  orang yang berguru kepada orang pandai (sakti); murid pendeta (pertapa); pengikut. "Nyantrik" merupakan kegiatan seseorang untuk "ngangsu kawruh",  menimba ilmu kehidupan pada sang guru. Ia tinggal dan hidup bersama sang guru, mengikuti kemana guru pergi, melaksanakan apa kehendak gurunya. "Nyantrik", sebuah proses pembelajaran kehidupan yang membutuhkan kesungguhan, totalitas. Sebab pada saatnya mereka akan menunaikan tugas kehidupan seperti  diamanatkan sang guru.

Bacaan Injil hari ini menarasikan amanat Yesus pada para cantrik-Nya. Sesudah para murid tinggal dan hidup bersama Yesus, mereka harus melibatkan diri dalam karya penggembalaan, tugas kerasulan-Nya. Mereka menjadi bagian dan partner tugas perutusan-Nya.

Amanat Yesus kepada kedua belas rasul-Nya, "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma."  Mereka harus melakukan apa yang selama ini telah Yesus kerjakan. Untuk itu kepada para rasul-Nya, Yesus memberikan kuasa-kuasa yang dimiliki-Nya. Kuasa menyembuhkan orang sakit,  membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta dan mengusir setan-setan. Semua kuasa ini adalah karunia belaka, maka mesti diberikan secara gratis, cuma-cuma

Dalam melaksanakan tugas perutusan, para murid mesti mengandalkan penyelenggaraan ilahi. "Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.  Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya." Tugas perutusan-Nya bukanlah perjalanan wisata, komplet dengan perbekalan : emas, perak, tembaga, baju, kasut dan tongkat. Dengan mengandalkan penyelenggaraan ilahi, mereka akan memperoleh "imbalan" berkat,  karena yang mereka kerjakan sejatinya menjadi berkat. Mereka terberkati juga.

Pesan lain untuk pelaksanaan amanat-Nya adalah peringatan akan adanya penolakan terhadap mereka. Apapun yang dihadapi, penyertaan ilahi sebagai jaminan untuk berteguh hati, maju terus pantang mundur, "rawe-rawe rantas malang-malang putung". Terus dan penuh semangat menghadapi, mematahkan pelbagai rintangan. Mereka disertai, tidak sendiri. "Apabila masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."

Penolakan terhadap perutusan para rasul-Nya, menentukan nasib si penolaknya. Perutusan-Nya merupakan hal serius terkait upaya  untuk melakoni kehidupan yang semakin berkenan pada Tuhan. Penolakannya berdampak negatif untuk keabadian hidup mereka . Mereka yang menolak utusan-Nya, menjadikan dirinya najis.  Bagai debu di luar tanah suci itu najis, demikianlah mereka yang tidak menerimanya menjadikan dirinya najis, maka mesti dikebaskan. Nasib buruk akan menimpa mereka, jauh lebih berat dan buruk dari pada nasib yang ditanggung Sodom dan Gomora, kota yang terkenal karena kejahatannya. Menolak atau menerima utusan-Nya adalah pilihan eksistensial.

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Sudahkah diri ini ikut menghadirkan Kerajaan Allah? Apakah tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan diri selama ini menjadi perwujudan menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta dan mengusir setan-setan? Ataukah justru menjadikan sakit yang sehat, mematikan yang hidup, mengkustakan yang tahir, kesetanan mengusir yang baik, benar dan indah?  Apakah dalam melakukan tugas pelayanan keagamaan pasang tarif  "wani piro", komersialisasi karunia-Nya? Sejatinya diri ini menolak atau menerima Dia? Maukah menjadi "cantrik"-Nya?

Yang menjadi warga-Nya, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, dan jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Menerima warta-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun