Dengan narasi itu diwartakan bahwa Yesus yang penuh kuasa dalam kata dan tindakan-Nya, adalah penggenapan firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." Yesus yang kuasa, datang dari Allah. Karena begitu kasih-Nya, jadi tumbal penebus dan penyelamat manusia, untuk membawa kembali semua manusia kepada asal usul dan tujuan sejati kehidupan, yaitu Allah, Bapa semua umat manusia. Siapa pun yang menanggapi-Nya, bersama dan di dalam nama Yesus, yang lemah  kuat, yang sakit sembuh, yang miskin kaya, yang mati hidup, yang menderita sukacita,  yang papa berdaya, yang dosa diampuni, yang dibuang dirangkul, yang lapar dikenyangkan, yang haus dipuaskan, yang sendirian ditemani, yang hidup tidak mati, selamat hidup abadi. Kuasa-Nya jadi berkat.
Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan yang kuasa? Beriman ataukah sekedar beragama? Kuasanya memberkati, menyatukan, menyejahterakan, memajukan atau memporakporandakan, memecah belah, memiskinkan, memerosotkan, mendatangkan laknat? Maukah mengalami Yesus sebagai Yang Kuasa, jadi berkat?
 Yang terberkati, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, dan jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Berkat ilahi.