Industri pembiayaan tengah menghadapi jalan menanjak. Lesunya penjualan mobil membuat laju multifinance ikut tersendat. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan industri tahun 2025 menjadi hanya 6%-8%, dari sebelumnya 8%-10%.
Data dari Gaikindo pun mempertegas kondisi itu. Penjualan mobil pada Agustus 2025 kembali melambat turun 19% secara wholesales menjadi 61.780 unit, dan ritel terpangkas 13,4% menjadi 66.478 unit dibandingkan tahun lalu.
Namun, di tengah tren melambat itu, PT Akulaku Finance Indonesia justru tetap optimistis. Perusahaan pembiayaan digital ini menilai bisnisnya masih on track sesuai target.
"Pertumbuhan bisnis paylater di Akulaku bertumbuh sangat baik dan sesuai dengan target yang diharapkan. Sehingga perusahaan melihat pencapaian bisnis ini masih sesuai dan tidak perlu dilakukan revisi target," ujar Aan Setiawandi, Direktur Keuangan Akulaku Finance.
Aan mengakui tantangan di industri pembiayaan tetap ada, terutama dari sektor otomotif yang melambat akibat melemahnya daya beli masyarakat. Tapi di sisi lain, lini pembiayaan digital seperti paylater justru tumbuh kencang bahkan mencatatkan kenaikan double digit hingga kuartal III-2025.
Untuk menjaga performa, manajemen Akulaku Finance juga fokus mengoptimalkan biaya dana (cost of fund), biaya kredit, dan biaya operasional agar tetap efisien dan profitabel di tengah tekanan ekonomi.
Dengan strategi efisiensi dan fokus pada segmen digital, Akulaku Finance terlihat masih mampu "ngebut" di saat banyak pemain lain harus menurunkan gas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI