Bayangkan seekor musang yang berdiri di depan papan mugshot seperti pelaku kejahatan. Namun, alih-alih menunjukkan rasa bersalah, ia malah memegang papan yang bertuliskan: "I Hate People. "
Apakah ini lucu? Ya.
Namun juga. . . terasa sangat tulus.
Di zaman yang dipenuhi kepalsuan, musang fiksi dalam gambar ini bisa mengungkapkan sesuatu yang banyak dari kita sembunyikan: rasa jenuh terhadap manusia, interaksi sosial yang melelahkan, dan tekanan untuk selalu bersikap ramah.
Musang ini mungkin hanya karakter dalam ilustrasi, tetapi ia berhasil menjadi simbol kecil dari perasaan yang sering kita sembunyikan dengan kuat.
Â
Dunia yang Menuntut Selalu Ramah
Hari ini, kita berada dalam era di mana kita "wajib" tersenyum, "wajib" bersikap ramah, dan "wajib" menyenangkan semua orang  bahkan ketika hati kita terluka atau pikiran kita lelah.
Di tempat kerja, kita perlu mengangguk meskipun kita tidak setuju.
Di platform media sosial, kita harus menunjukkan kebahagiaan meskipun kenyataannya berbeda.
Dalam pertemanan, kita diharuskan untuk hadir meskipun merasa lelah.
Tidak ada ruang untuk kejujuran. Terlebih lagi untuk menyatakan, "Saya jenuh dengan orang-orang. "
Dan pada saat-saat seperti ini, gambar seekor musang dengan wajah datar dan kata-kata yang langsung bisa sangat menggambarkan perasaan tersebut.
Musang: Simbol Anti-Kemunafikan Sosial?
Musang tersebut tidak menggunakan kata-kata manis.
Dia tidak bisa menahan diri.
Dia tidak berpura-pura.
Mungkin di sanalah letak ketulusannya. Bukan karena dia membenci semua orang, melainkan karena dia cukup berani untuk mengungkapkan perasaan yang membuat tidak nyaman yang sering kali kita sembunyikan.
Bisa jadi musang itu sebenarnya tidak membenci manusia. Tapi dia sedang:
Kecewa karena merasa dikhianati
Capek karena interaksi sosial yang dangkal
Ingin sendiri tanpa rasa bersalah
Seperti kita, kadang-kadang kita juga bukan membenci orang  kita hanya lelah dengan keributan serta drama yang mengikutinya.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Seekor Musang?
Mungkin jawabannya sederhana: jujur.
Bukan berarti kita harus menyuarakan kebencian, tapi kadang kita perlu mengakui perasaan negatif kita dengan sehat dan sadar.
Kita tidak harus ramah setiap saat.
Kita boleh bilang "tidak" tanpa rasa bersalah.
Kita punya hak untuk menyendiri dan menolak keramaian.
Kejujuran bukan tentang bersikap kasar, tapi tentang menyadari batas dan kebutuhan diri sendiri.
Ilustrasi ini hanyalah sebuah gambar. Namun, bagaimana kita meresponnya menunjukkan bahwa banyak di antara kita merasa lelah, ingin sejenak tenang, dan butuh ruang untuk bernafas tanpa perlu memberikan keterangan lebih lanjut tentang segala sesuatu.
Dan itu tidak apa-apa.
Karena bersikap jujur pada diri sendiri adalah langkah awal untuk kembali menemukan kekuatan dalam menghadapi dunia.
Jadi, jika hari ini kamu ingin menjauh dari keramaian, itu sangat wajar.
Mungkin kamu sedang menjalani fase... menjadi musang untuk sementara waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI