Mohon tunggu...
bayu aryadani
bayu aryadani Mohon Tunggu... Relawan - tidak ada

kuliah di Universitas Mataram FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Mengikuti Organisasi HMP2K

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Siapa Sang Maestro Kesejahteraan Rakyat dalam Pemilukada Kota Mataram Saat Ini?

21 Agustus 2020   00:08 Diperbarui: 21 Agustus 2020   00:04 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon walikota dan wakil walikota Kota Mataram tahun 2020

"Kesalahan yang dilakukan secara berulang ulang adalah kebenaran"

Datang secara musiman 5 tahun sekali, euforia Pemilukada di kota Mataram kembali digelar. Setiap Paslon kembali turun merumput setelah sekian lama jarang bersentuhan langsung dengan rakyat dikampung-kampung. Jualan janji-janji pun kembali digelar dengan berbagai kemasan visi-misi yang mengatasnamakan kesejahteraan rakyat. Di moment inilah kita akan disajikan pandangan yang sangat tak biasa yaitu para calon kandidat yang notabene elit politik/pengusaha akan hadir cukup sering diacara pengajian, kawinan, pasar, membagi jilbab, membelikan pakaian ibu2 pengajian, dan acara kedermawanan lainnya. Begitulah budaya setiap pemilu yang hadir 5 tahun sekali, lalu selesai pemilu mereka bagai hilang ditelan bumi. Siklus seperti ini hidup dan menjadi kelumrahan dikalangan masyarakat awam.

Dalam kontestasi Pemilukada Mataram siapa kah maestro kesejahteraan rakyat.? Pertanyaan ini tentunya dapat terjawab dengan melihat program-program yang akan dilakukan 5 tahun kedepan oleh para calon. Dalam sudut pandang kebenaran berdemokrasi, pemilih tak boleh membeli kucing dalam karung atau mencoblos seseorang yang tidak memiliki kejelasan program-program kesejahteraan. Pemilih macam ini secara kasar bisa disebut pemilih buta. Pemilih buta biasanya memilih hanya dari kepopuleran figur yang mencalonkan diri bukan program yang diusung oleh para calon. Dan jumlah pemilih buta seeperti ini banyak sekali termasuk di kota Mataram, sehingga bisa disimpulkan bahwa partai politik yang ada sebenarnya masih gagal dalam melaksanakan pendidikan politik kepada masyarakat.

Ada 4 calon yang dipastikan maju dalam Pemilukada di Kota Mataram, selly-manan dg jargon Mataram cemerlang, Baihaqi dan H. ratu ganefi dg jargon Mataram baru, H.Mohon dan TGH Mujiburahman dengan jargon Harum (Harapan untuk Mataram) dan terakhir Makmur said - Ahda dengan jargon Mataram mentereng. Sejauh ini, keempat calon belum mensosialisasikan program kesejahteraan apa yang akan dikerjakan 5 tahun kedepan, apakah program itu realistis untuk dilaksanakan, dan apa program tersebut sesuai dengan kondisi wilayah dan masyarakat kota Mataram. Bagaimana mungkin masyarakat dipaksa memilih jika program kesejahteraannya saja tidak diketahui sama sekali. Seperti pribahasa yang tertulis diatas "kita tidak mau menjadi pemilih buta yang membeli kucing dalam karung".

Kalimat terakhir yang ingin saya letakan dalam tulisan ini ialah "lapar tak berarti kenyang buat si miskin. Si lapar yang kurus kering tak akan bisa kita kenyangkan denagn kata kenyang saja walaupun kita ulangi 1001 kali".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun