Mohon tunggu...
Bayu Arif Ramadhan
Bayu Arif Ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - 22 thn, Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menulis sebagai hobi dan pengisi luang waktu

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Semua (Tak Lagi) Sama, Barca!

15 Februari 2017   07:01 Diperbarui: 15 Februari 2017   10:03 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: reuters

Lemahnya penguasaan Barcelona dalam mempertahankan bola akhirnya menjadi klimaks malapetaka berikutnya, ketika pada menit ke-40, seorang Lionel Messi yang kebingungan mencari rekan untuk mengumpan akibat rapatnya kurungan PSG, kehilangan bola akibat tekling bersih yang dilakukan Adrien Rabiot. Adrien Rabiot tanpa segan langsung mengoper kepada Verratti di dekatnya yang rupanya telah melihat pergerakan seorang Julian Draxler yang mulai merangsek ke kotak pemalti Barcelona dan lepas dari pengamatan Jordi Alba. 

Umpan terobosan manis ala Verratti langsung diolah Draxler dengan sedikit dribel meninggalkan Umtiti yang terlambat,  lalu mencocornya dengan tendangan geledek ke sisi bawah kanan gawang ter-Stegen tanpa mampu dibendung oleh kiper Jerman tersebut. PSG mendapat keunggulan 2-0, dan mulai berada di atas angin. Setelah gol tersebut, PSG makin bersemangat dan memperoleh beberapa peluang lewat crossing-crossing tajam dari Di-Maria maupun tendangan Cavani. Babak pertama ditutup untuk keunggulan dua gol PSG, dengan rincian 7 shot on target berbanding 1 shot on target milik Barcelona.

Pada babak kedua, lagi-lagi Barcelona terlambat panas untuk menghadapi eksplosivitas dan kecepatan pemain PSG yang ternyata masih cukup bagus terjaga seusai jeda.Beberapa menit setelah peluit babak kedua dibunyikan, PSG memperoleh peluang emas melalui kesalahan Luis Suarez yang dicuri bolanya oleh Rabiot. Akselerasi Rabiot dari sisi kanan pertahanan Barcelona berhasil mengecoh Suarez dan Roberto, sebelum diteruskan dengan crossing ke tiang jauh yang sayangnya tidak dapat dijangkau oleh baik Marquinhos maupun seorang pemain belakang muda yang kali ini bermain sangat apik dalam mengawal trio MSN sepanjang laga, Presnel Kimpembe. Pada menit ke-55, kelambanan Barcelona dalam mengantisipasi serangan balik cepat ala PSG lagi-lagi berpuncak pada petaka. 

Ketika suatu skema serangan balik yang diinisiasi oleh Rabiot-Matuidi dan diteruskan oleh final pass Verratti kepada Di Maria, diteruskan Di Maria dengan pergerakan yang jauh mengecoh Andres Iniesta di belakangnya, bersamaan dengan mengecoh blocking yang berusaha dilakukan Jordi Alba, Di-Maria menemukan sudut yang langsung dihunjamnya dengan tendangan pisang melengkung ke sisi atas gawang Ter-Stegen, yang tak mampu dijangkau oleh kiper Barca yang secara terpaksa harus memungut bola kali ketiga dari gawangnya. Barcelona dan Luis Enrique tak mampu lagi menyembunyikan kepanikannya, seorang Andre Gomes yang bermain stagnan digantikan oleh Rafinha tiga menit setelah gol Di-Maria. 

Posisi PSG yang di atas angin membuat Unai Emery leluasa untuk malakukan pergantian pemain, seorang Di Maria yang bermain brilian digantikan oleh Lucas Moura pada menit ke-61, dimungkinkan untuk tetap mempertahankan energi dan daya dalam penerapan strategi counter-attack ala Emery tersebut. Sedangkan Barcelona yang tertinggal telak secara tidak terduga, terindikasi mulai frustrasi akibat minimnya kreasi peluang yang mereka peroleh. 

Seorang Sergio Busquets diganjar kartu kuning pada menit ke-62 karena melanggar dengan keras dirigen lapangan tengah PSG, Marco Verratti. Pada menit ke-68 sebuah bodycharge Messi kepada Verratti yang benar-benar menjadi sasaran tebas para pemain PSG pada laga kali ini, membuat pemain mungil asal Italia ini mengerang kesakitan sekaligus meminta diganti pada menit tersebut juga. Christopher Nkunku seorang pemain muda masuk menggantikan Verratti, tentu saja ditarik keluarnya dua pemain pilar utama PSG ini membuat Les Parisiens kali ini lebih berkonsentrasi pada kedalaman pertahanan dengan hanya seorang Cavani yang berjaga di garda terdepan.

Tetapi, pilihan pemain Emery kali ini memang jenius. Tak ada Di Maria-Verratti, Meunier pun jadi. Sebuah aksi brilian Thomas Meunier yang melakukan overlapping dari posnya sendiri pada menit ke-72, berhasil melepaskan diri dari kawalan Neymar, lalu merangsek ke lini tengah Barca yang lagi-lagi terbukti tak ada mekanisme covering bergiliran yang baik di sana, menempatkan Meunier berhadapan dengan Umtiti dan Jordi Alba yang patut dipertanyakan adalah justru menunggu datangnya Meunier tanpa menyongsongnya terlebih dahulu. 

Meunier dengan cerdik langsung melepaskan through pass manis yang mengecoh baik Umtiti maupun Alba kepada Cavani, yang secara sigap melepaskan diri dari kawalan Gerard Pique dan melepaskan tembakan sebelum mampu dihadang oleh tekling Pique ke sisi bawah gawang Ter-Stegen. Kiper Jerman ini lagi-lagi harus menerima kenyataan pahit kebobolan empat gol, setelah pengalaman sebelumnya dalam Copa Del Rey melawan Athletic Bilbao di San Mames. 

Di luar dugaan, kali ini sang tim kebanggaan rakyat Paris berhasil menggelontor gawang tim kebanggaan warga Catalan dengan empat gol, jumlah yang saya yakin pun akan sulit diperhitungkan oleh para petaruh rumah bursa sebelumnya. Skor 4-0 ini sebenarnya berusaha direvisi oleh Barcelona lewat upaya Enrique memasukkan Rakitic menggantikan Iniesta yang off-day dan berbuah peluang sundulan via sepak pojok Samuel Umtiti yang tertata lewat skema apik dengan Gerard Pique. 

Sayang, hanya membentur mistar dan praktis hanya peluang Umtiti tersebut dan peluang tendangan voli Neymar memanfaatkan umpan tarik Jordi Alba yang masih melenceng jauh dari gawang Kevin Trapp yang menjadi peluang pamungkas Barcelona pada laga ini. PSG pada periode ini juga lebih berfokus pada pertahanan dan keunggulan skor, memasukkan Javier Pastore sebagai medium delay aliran bola armada Paris pada akhir-akhir laga.

Demikianlah ulasan mengenai laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions antara PSG menghadapi Barcelona yang menjadi momok mereka selama dua edisi terakhir kali mereka bertemu (2012-2013 dan 2014-2015). Kali ini Emery dan pasukannya benar-benar memberi pelajaran bagi Enrique dan anak asuhnya, bahwa semuanya (tak lagi) sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun