Mohon tunggu...
bayu ari
bayu ari Mohon Tunggu... Ilustrator - freelacher

bekerja sebagai desain grafis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bias Negativitas dalam Penyebaran Berita Hoaks Covid-19

27 Juni 2021   16:55 Diperbarui: 1 Juli 2021   14:38 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BIAS NEGATIVITAS DALAM PENYEBARAN BERITA HOAKS COVID 19

Bayu Aribowo (20200012112)

Dosen : Prof. Dr. Iswandi Syahputra, S.Ag., & Bono Setyo, M.si.

Background 

Kemajuan media dan teknologi telah membawa banyak perubahan besar dalam tatanan hidup dan perkembangan komunikasi. Perkembangan teknologi telah membuat percepatan arus informasi yang memudahkan individu-individu dalam bersosialisasi, megekspresikan diri hingga menyampaikan berbagai hal di kehidupan mereka. Hal ini bisa kita temukan dalam media smartphone (handphone pintar) yang memudahkan kita memperoleh informasi. Dengan hadirnya smartphone masyarakat masa sekarang sangat banyak menyimak berita lewat media sosial. Selain untuk berkomunikasi dengan media sosial berperan memudahkan penyebaran informasi berupa berita. Kita bisa menemukan banyak berita di berbagai platform sosial media. Bahkan tidak jarang kita menerima broadcash berita langsung ke media sosial kita dari rekan, keluarga ataupun yang lainnya. Namun dibalik berbagai manfaat diatas, media komunikasi bisa disalah gunakan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Sifat informasi yang cepat membuat arus informasi menjadi konsumsi yang mudah didapat dan tidak terkontrol. Sehingga membaut terkadang kita tidak mencari terlebih dahulu apakah informasi itu benar atau tidak. Keengganan  kita mengecek terlebih dahulu informasi/berita yang didapat inilah yang membuat kita ikut serta menyebarkan informasi yang salah atau sering kita sebut Hoaks. Dari tahun 2019 samapai sekarang 2021 penggunaan media sosial dan smartphone meningkat drastis dengan ditambahnya bencana global covid 19, telah menyuburkan fenomena hoax di masyarakat Indonesia. Mulai dari kurangnya informasi terkait covid 19 yang terbilang baru. Serta pro kontra terkait penanganannya telah menjadi masalah yang serius akhir-akhir ini. Kita tentu ingat bagaimana awal covid 19 masuk di Indonesia dengan kurangnya informasi dan kesiapan pemerintah dalam menanganinya masyarakat cemas sehingga berupa mendapatkan informasi yang valid terkait covid 19 namun hal ini teryata digunakan beberapa kelompok untuk semakin menyebarkan informasi bohong kepada masyarakat. Bisa kita lihat dari data Kemenkominfo di foto atas : 

Data Kemenkominfo yang diambil tahun 2020 dari januari hingga agustus tanggal 8, memperlihatkan begitu banyaknya berita hoax yang di sebarkan oleh orang atapun kelompok tertentu. Untuk membuat kegaduhan, kecemasan dan disinformasi yang menyebabkan perpecahan diantara masyrakat. Topik covid 19 telah digunakan untuk memecah belah masyrakat sebagai contoh adalah isu wacana lockdown, ibadah dirumah atau di masjid, kampaye tetap dirumah atau terus bekerja sampai yang terbaru adalah masalah vaksin. Kelompok-kelompok tertentu telah dengan sengaja menjadikan isu covid 19 menjadi media mereka dalam memecah belah presepsi masyarakat.  dengan banyaknya berita hoax ini apa sebenarnya yang melatari masyarakat ikut menyebar luaskan hoax?

Dengan banyaknya data hoax inilah kemudian kenapa peneliti ingin meneliti hal apa yang mendasari hoaks bisa menyebar pesat ? 

Literature Review 

PENYEBARLUASAN BERITA HOAX MELALUI MEDIA SOSIAL (Studi Komparatif Pandangan Hukum Positif Indonesia dan Hukum Islam). Tulisan skripsi ini lebih membahas bagaimana menggunakan metode hermeneutika dengan teori fiksasi dan distansiasi untuk mengidentifikasi masalah hoax di media sosial, agar metode ini menjadi salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi dan menghindari pengguna media sosial dari berita-berita yang tidak benar.

Pembahasan 

  • Hoaks atau Berita Bohong

Kata hoaks menurut KBBI berarti tidak benar, bohong atau tidak bersumber. Sedangkan dalam Oxford English Dictionary "hoaks" di indetifikasikan sebagao "malicious deception" atau kebohongan yang dibuat untuk tujuan jahat.

Menurut MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) hoaks dibuat dengan sengaja yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor ekonomi, politik, maupun alasan pribadi. Sebagai penjelasanya bisa dilihat table dibawah ini:

hoax-60dd6da51525104be615a293.jpg
hoax-60dd6da51525104be615a293.jpg
Menurut Subdit Penyidikan dan Penindakan Kemkominfo, hoaks dapat diketahui dari beberapa aspek. Berikut adalah cara untuk mengetahui suatu berita hoaks atau tidaknya:

- Cross Check Judul Berita Provokatif

- Perhatikan Alamat Situs Web atau Akun/FP

- Bedakan antara fakta dan opini - Cek Foto

- Bergabung atau Follow Group Anti Hoaks

Menurut MAFINDO dan Kemkominfo penerima dan penyebar hoaks paling banyak diterima oleh kalangan remaja dan ibu rumah tangga. Namun penerima dan penyebar hoaks sendiri dapat terjadi oleh segala jenis umur maupun status sosial.

Bias negativitas (negativity bias) yaitu hal yang mengacu pada fakta bahwa kita menunjukkan sensitivitas yang lebih besar pada informasi negatif daripada informasi positif (Kunda, 1999 dalam Baron & Byrne, 2004:91)

Dari teori ini menjelaskan bahwa informasi negative akan lebih menonjol dalam ingatan kita dibandingkan informasi positif. Satu informasi negative akan memberikan pengaruh yang lebih kuat. Sebagai contoh kita akan bertemu dengan teman lama kita yang sudah berhasil berbisnis namun karena dia pernah terjerat pidana kita akan lebih mengingat dan terfokus pada hal negative dia pernah terjerat pidana. Sama halnya dengan berbagai kasus covid 19. Kita akan lebih terfokus pada bahaya dan hal-hal negative dari Covid 19. 

Hal ini dapat dipahami dan perspektif evolusi bahwa kita memiliki sensitivitas terhadap perubahan di lingkungan sekitar kita yang dapat mengancam keselamatan atau kesejahteraan kita, sehingga kita memberikan respons yang cepat terhadap hal ini. 

Hal-hal negative terkait isu covid seperti mudah menular, lockdown, vaksin yang bahaya, lebih menarik perhatian kita sehingga membuat  kita ingin berperan menyebarkan agar orang lain lebih waspada. Padahal faktanya hoaks dibuat sebagian orang yang tidak bertanggung jawab hanya untuk menimbulkan kegaduhan. Kasus terbaru terkait hoaks vaksin mengandung mahnet tentu menarik perhatian kita dari pada wacana vaksin dari pemerintah.Bagaimana informasi yang menyebar dengan mudahnya ini membuat kegaduhan diraha publik. hal negatif dari vaksin di ekploitasi untuk menurunkan kepercayaan akan vaksin yang diberikan pemerintah.  Bias Negativitas berbagai pemberitaan juga lebih diperhatikan daripada upaya penanganan yang diberikan pemerintah. dari banyaknya contoh kasus ini tentu kita bisa melihat bagaimana nilai negatif lebih diperhatikan seperti istilah noda setitik dalam kertas akan lebih dilihat daripada bagian luas yang tidak terkena titik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun