Mohon tunggu...
Bayu Aktami
Bayu Aktami Mohon Tunggu... Dosen - *

*

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akal Sehat

5 April 2019   11:59 Diperbarui: 5 April 2019   12:58 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa itu akal sehat? Adakah akal yang tidak sehat? Riwayat pemikiran filsafat selama ratusan tahun mencoba menjawab ini. Banyak sekali versi untuk menjawab jenis akal semacam apa yang dikatakan sehat. 

Descartes mengatakan akal yang sehat itu adalah akal yang mampu meragukan dan menemukan jawaban yang pasti pada dirinya sendiri: di mulai dari pengalaman ragu akan kapasitas meragukannya sendiri, sampai kemudian menemukan bentuk yang pasti dan tegas atas apa yang diragukannya. Akal yang berpikir secara jelas dan terpilah adalah akal sehat menurut Descartes. 

Berbeda lagi dengan David Hume. Akal tidak bisa sampai pada ketegasan pengetahuan tentang dirinya sendiri. Akal hanyalah sejauh pengalaman inderawi yang dialami. Tidak ada bentuk ideal yang jelas dan terpilah melampaui pengalaman. Akal sehat hanyalah kumpulan kesan-kesan inderawi belaka. 

Sedangkan, Kant mencoba untuk menggabungkan keduanya, bahwa pengetahuan yang jelas dan terpilah (kategoris) masih mungkin sejauh batas-batas pengalaman inderawi (fenomena). 

Namun, Hegel melihat pemikir-pemikir besar sebelumnya masih terjebak pada akal sehat yang tidak dialektis, yakni akal sehat yang tidak mampu menerima adanya pertentangan, sehingga ia terkurung pada ego atau angan-angannya sendiri. 

Bagi Hegel, akal sehat adalah akal yang berdialektika dengan sesuatu yang berbeda (berlawanan). Akal yang mampu mengungkapkan pengetahuannya sendiri, sekaligus menangkap kontradiksinya, untuk selanjutnya melampaui kontradiksi itu demi suatu pengetahuan yang lebih komprehensif. 

Namun, Hegel masih melihat akal sehat sebagai suatu yang mengatasi perbedaan. 

Derrida mencoba mendekonstruksi akal sehat, bahwa segala sesuatu tidak usah dirangkum dalam suatu identitas atau kontra-identitas, semuanya mesti ditunda dulu, biarkan akal terbuka pada sesuatu yang tidak melulu dapat dijelaskan (ditangkap atau diidentifikasi).  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun