Kerja sama dan koordinasi antara pemerintah (tim evakuasi dari BPBD bahkan PMI dan instansi lainnya), relawan, dan donatur terjalin secara ajeg dan terintegrasi.Â
Donatur dapat memberikan kebutuhan korban bencana secara tepat. Korban butuh obat-obatan, maka donatur dapat menyerahkan sepaket obat-obatan misalnya.Â
Namun, faktanya memang berkata lain. Tidak mudah ketika kita langsung dihadapkan dengan suatu bencana. Meski secara teori sangat mudah diaplikasikan.
Pikiran utama pasca bencana adalah evakuasi dan penyiapsiagaan titik pengungsian. Jadi, terkadang para donatur tidak melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Sehingga tetiba mengirimkan banyak makanan siap saji, bahkan pakaian layak pakai di satu titik lokasi saja.Â
Inilah yang membuat, para relawan tidak mampu menyalurkan semua barang konsumsi bantuan ke pihak yang tepat. Terlebih kuota tiap titik pengungsian berbeda. Maka dari itu, para relawan perlu melakukan koordinasi dengan tilok pengungsian lain untuk dapat mengirimkan barang konsumsi tersebut ke lokasi yang kekurangan atau sulit dijangkau para donatur.
Tidak ada yang salah dengan sikap donatur dan masyarakat yang tanggap bencana, menyalurkan barang konsumsi. Namun, perlu adanya sebuah integrasi agar barang yang dikirimkan dapat merata ke seluruh titik pengungsian.
Oleh karena itu, tim relawan perlu membukukan alur keluar masuk barang konsumsi bagi korban bencana, agar dapat tersalurkan ke berbagai lokasi dan masyarakat mendapat manfaat atas bantuan kemanusiaan ini.
Maka dari itu, ada sedikit tips bagi donatur agar donasinya tersalurkan dan bermanfaat langsung bagi korban bencana.
Pertama, telusuri informasi mengenai titik lokasi pengungsian dan kebutuhan yang diperlukan. Sehingga donatur bisa memastikan bantuan apa yang akan diberikan. Jika sudah penuh makanan, bisa mengirimkan obat-obatan atau peralatan tidur.
Kedua, pastikan memberikan donasi terbaik. Jangan sampai ada penyaluran barang konsumsi yang kadaluwarsa atau cacat. Hal ini, sulit dideteksi oleh relawan. Sebab tidak mungkin melakukan pengecekan tanggal kadaluarsa barang konsumsi, misal mi instan yang jumlahnya ratusan kardus dengan beragam merek.
Jika ada semacam ini, tentu, korban bencana akan mengalami keracunan dan memperparah keadaan pengungsi, mengacaukan kebutuhan prioritas, dan kewalahanya tenaga medis.